PALEMBANG, GLOBALPLANET - Hasil penelitian Tim LPPM Universitas Riau (UNRI) yang dilakukan pada tahun 2021 lalu, menilai bahwa sektor perkebunan kelapa sawit mampu menunjukkan dampak positif pada petani.
Hal tersebut disampaikan pada kegiatan ‘Sosialisasi Dampak Penerapan Tarif BLU BPDPKS Terhadap Perkebunan dan Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan’, yang diadakan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Hal tersebut dapat terlihat dari indikator kesejahteraan petani sawit seperti mobilitas penduduk, pendidikan keluarga petani, kesehatan dan gizi, transportasi (kendaraan pribadi), rekreasi, komunikasi (handphone/smartphone), kebutuhan listrik dan asuransi serta aktivitas sosial.
Dampak positif lainnya yaitu pengembangan perkebunan kelapa sawit mampu menarik pembangunan sektor pertanian, menciptakan nilai tambah, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan penerimaan devisa negara, memperbaiki pembagian pendapatan, dan meningkatkan pengetahuan petani melalui usaha tani kelapa sawit.
Hasil kajian tersebut disambut baik Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, yang saat itu hadir mewakili pelaku usaha perkebunan kelapa sawit.
“Setelah menyimak paparan hasil kajian dari tim LPPM Universitas Riau yang membuktikan dampak positif industri sawit dari sisi kesejahteraan, cukup bagus. Paling tidak menjadi perspektif baru yang selama ini komoditas sawit memberikan dampak pada perekonomian nasional dan petani sawit,” ujarnya, dilansir dari laman Majalah Sawit Indonesia pada Selasa (6/9).
“Namun, tugas selanjutnya yang dikerjakan adalah bagaimana hasil kajian didesiminasikan dan dipublikasikan secara luas pada masyarakat luas. Terutama yang sudah menyampaikan isu-isu negatif sawit, hasil kajian dari LPPM Univ Riau bisa menjadi counter. Dan, saya berharap bisa diterbitkan menjadi jurnal ilmiah. Itu yang menjadi keinginan bagi kami (pelaku industri sawit). Kenapa, karena sumber dari isu-isu negatif sawit, kalau ditelusuri berasal dari luar Indonesia,” kata Joko.