SURYAKARTA, GLOBALPLANET - Perkembangan industri kelapa sawit cukup pesat sampai saat ini, namun tandan kosong belum dimanfaatkan dengan baik. Limbah tersebut dibiarkan menggunung, tandan kososng ini ternyata dapat menjadi sumber bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
Adalah lima mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang berhasil mengolah limbah tandan kosong sawit menjadi biofuel. Mulai dari Enri Pramuja, Fauziyah Azhari, Dian Wahyu Tri Wulansari, Muhammad Farhan, dan Dika Febrianti. Sumber energi alternatif ini berbasis biomassa.
“Saat ini banyak negara-negara yang mulai beralih ke biomassa sawit. Karena merupakan sumber bahan bakar ramah lingkungan yang terbarukan. Selain itu, bahan bakar yang berasal dari biomassa, dapat menutup siklus CO2. Sehingga membantu mempercepat emisi nol karbain,” terang Enri Pramuja, Jumat (21/10).
Inovasi tersebut menggunakan metode konversi dan jalur reaksi yang lebih mudah. Sehingga lebih efektif dan efisien. Senyawa yang didapatkan berupa γ-valerolactone. Terbuat dari selulosa hasil isolasi limbah tandan kosong sawit. Kemudian dilanjutkan dengan mengonversi, menggunakan metode Catalytic Transfer Hydrogenation dan katalis Ni/UiO-66.
Senyawa γ-valerolactone dapat dimanfaatkan menjadi biofuel. Aditif bahan bakar yang lebih baik dibandingkan dengan etanol. Senyawa tersebut memiliki keunggulan, yakni menurunkan konsentrasi asap dan karbon monoksida pada kendaraan bermotor.
“Salah satu biomassa yang sangat berpotensi diaplikasikan sebagai biofuel adalah γ-valerolactone . Dapat dikonversi dari limbah kelapa sawit. Ini merupakan keunggulan bahan bakar dari biomassa,” imbuhnya.
Metode yang digunakan untuk mengonversi senyawa γ-valerolactone, yakni Catalytic Transfer Hydrogenation (CTH). Memanfaatkan katalis MOF Ni/UiO-66. Metode tersebut diklaim jauh lebih unggul, dibandingkan metode konvensional lainnya. Karena tidak memerlukan suhu dan tekanan yang terlalu tinggi.
Selain itu, metode tersebut tidak memerlukan katalis logam mulia. Sehingga dapat mengonversi selulosa menjadi γ-valerolactone, meskipun pada suhu relatif rendah dan tanpa tekanan H2.
“Butuh waktu tiga sampai empat bulan untuk penelitian dan uji coba. Kami melakukan penelitian dari nol, hingga menemukan ramuan ini,” ujar Enri bangga.
Enri menambahkan, limbah tandan kosong kelapa sawit mengandung selulosa yang cukup tinggi, yakni sekitar 30-40 persen. Selain itu, bahan bakunya mudah dijumpai di tanah air.
“Kami berharap penelitian ini bisa dikembangakan lagi. Mungkin dari sisi metode atau katalisnya. Ke depan kami juga akan mengembangkan produk yang lebih murni lagi. Semoga inovasi ini dapat berkontribusi untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekaligus mengatasi krisis energi saat ini,” harapnya.