loader

Bersama ICRAF, Pemkab Banyuasin Dorong Kades Agar Fokus Program Pengelolaan Gambut

Foto

BANYUASIN, GLOBALPLANET - Acara yang dilaksanakan secara luring dan daring tersebut menjadi muara dari berbagai hasil kajian lapangan yang telah dilaksanakan oleh para Peneliti Muda Gambut (PMG) Sumatera Selatan yang merupakan bagian dari #PahlawanGambut. 

Temuan-temuan dari kajian lapangan telah dirangkum menjadi sebuah dokumen berjudul “Peta Jalan Gambut Lestari” yang akan disampaikan ke 34 desa yang sebelumnya telah dikunjungi oleh PMG.

Melalui lokakarya ini, dokumen tersebut dibahas bersama para pemangku kepentingan dari tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten, untuk mendapatkan masukan bagi langkah pengelolaan lahan gambut lestari di desa-desa pada Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Saleh-Sugihan dan Sugihan-Sungai Lumpur yang sebagian berada di Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten OKI. 

Hadir dalam kegiatan lokakarya, Ketua TRGD Sumatera Selatan, Ir Dharna Dahlan, MM; Kabid Pembangunan Kawasan Perdesaan DPMD Kabupaten Banyuasin, HM Yasir Darojat SH, MM; Camat Muara Sugihan, Welly Ardiansyah SIP; Camat Muara Padang, Bahrum Rangkuti, SSTP, MSi; Camat Rambutan, Murshal SHi, MH; Koordinator PEAT Impacts-ICRAF Indonesia, Feri Johana dan perwakilan ke-14 desa di Kabupaten Banyuasin.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Banyuasin, Roni Utama, AP, M.Si  melalui Kepala Bidang Pembangunan Kawasan Perdesaan, DPMD Kabupaten Banyuasin, H.M. Yasir Darojat SH, MM, mengatakan, momentum ini sangat tepat bukan hanya sebagai seremonial dalam rangka mencapai target program, tetapi diharapkan dapat menghasilkan instrumen untuk perlindungan, pelestarian dan pengelolaan ekosistem gambut. 

Anugerah kekayaan alam yang dimiliki Banyuasin harus dikembangkan dan dilestarikan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. ”Untuk itu, kami mendorong desa dan kepala desa yang wilayahnya menjadi fokus program pengelolaan gambut ini, agar dapat mengintegrasikannya ke dalam program pembangunan desa baik ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) maupun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa,” terangnya.

Koordinator Program Peat-IMPACTS Indonesia, Feri Johana, dalam sambutannya juga menyatakan, Peat IMPACTS telah mengikutsertakan 50 putra-putri terbaik Sumatera Selatan ke dalam program Inkubator Peneliti Muda Gambut (IPMG). 

“Di dalam IPMG, generasi muda Sumatera Selatan diajak untuk melakukan penggalian informasi dan penyusunan Peta Jalan Gambut Lestari di 34 desa yang berada dalam ekosistem gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin,” jelasnya.

Selama kurang lebih 3 bulan, para peneliti muda ini menjalankan kegiatan lapangan untuk menghasilkan gambaran atau profil dari masing-masing desa yang dikunjungi. Mereka berinteraksi dengan petani gambut serta para penggiat gambut untuk mengungkap berbagai pengetahuan, pembelajaran, dan opsi intervensi untuk pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan di Sumatera Selatan. 

Berbagai temuan dan rekomendasi yang dihasilkan dari kegiatan ini perlu mendapat koreksi dan masukan dari parapihak ditingkat desa, sehingga diharapkan nantinya dokumen peta jalan ini benar-benar menggambarkan kondisi dan strategi yang diharapkan. 

Peta jalan ini diharapkan pula menjadi milik masyarakat masingmasing desa dan diharapkan menjadi bagian penting dalam penyusunan RPJM Desa dan berbagai musyawarah pembangunan desa yang lain.

Peta Jalan Gambut Lestari adalah kumpulan data, informasi dan Analisa yang dapat digunakan untuk menyusun strategi pengelolaan dan restorasi gambut pada desa-desa di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Saleh-Sugihan dan Sugihan-Sungai Lumpur. 

Proses penyusunan dilaksanakan secara bertahap dan melibatkan berbagai pihak di desa, melalui wawancara, survei rumah tangga, maupun diskusi kelompok terpumpun. Analisis data kemudian dilakukan di tingkat desa. 

Dokumen Peta Jalan Gambut Lestari tersebut disusun dengan alat bantu ALLIR (Assessment of Livelihoods and Landscapes to Increase Resilience) atau ‘Penilaian Modal Penghidupan dan Bentang Lahan untuk Meningkatkan Resiliensi’.

Susunan dokumen Peta Jalan Gambut Lestari terbagi menjadi empat bagian.

Pertama, membahas mengenai karakteristik penghidupan desa di lahan gambut Sumatera Selatan. Kedua, menjabarkan strategi peningkatan penghidupan berkelanjutan masyarakat pada kawasan hidrologis gambut. 

Ketiga, peta jalan peningkatan penghidupan berkelanjutan yang terdiri dari opsi intervensi, kelembagaan, faktor pemungkin, dan perubahan perilaku dalam menuju desa gambut yang lestari.

Keempat, merupakan bagian penutup berupa ringkasan dari masing-masing bab yang telah dijabarkan sebelumnya Dalam sambutannya, Camat Muara Sugihan, Muara Padang, dan Rambutan menyampaikan harapannya, agar hadirnya ICRAF Indonesia melalui program Peat-IMPACTS turut mendukung peningkatan ekonomi masyarakat desa, serta terjalinnya kerjasama yang baik antara tim yang ada di lapangan dengan pemerintahan desa dan kecamatan. 

Selain itu, agar adanya sinkronisasi dan integrasi dengan program pengelolaan gambut yang sudah ada sebelumnya Diharapkan dokumen yang telah disusun dapat juga memperkaya informasi dan memperluas pandangan pemangku kepentingan dan masyarakat desa terhadap berbagai opsi penghidupan lestari di dalam ekosistem gambut.

Dokumen ini juga dapat digunakan sebagai rujukan bagi rencana pembangunan desa maupun pemangku kepentingan terkait lainnya, baik pada tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional.

ICRAF melalui Peat-IMPACTS juga akan menindaklanjuti dokumen Peta Jalan Gambut Lestari melalui berbagai kegiatan di tingkat desa. 

Koordinator Paket Kerja-3 Peat IMPACTS, Dr. Gerhard Manurung menyampaikan: “Akan ada 6 desa yang dipilih sebagai desa pilot dengan berbagai model bisnis yang ditawarkan, yakni :

1) Pengembangan padi ramah lingkungan dengan penyiapan lahan tanpa bakar dan penggunaan pupuk organic.

2) Pengembangan Agro-silvo-pasto-fishery dalam sistem usaha tani paludikultur

3) Pemanfaatan HHBK Madu

4) Pengkayaan jenis pada kebun sawit monokultur dengan tumpang sari; sawit – (jahe/kunyit/pinang)

5) Agroforestri karet melalui pengkayaan dengan jenis tanaman semusim dan pohon buah-buahan.

6) Pengembangan agroforestry dengan jenis tanaman yang tidak disukai gajah untuk mitigasi konflik manusia – gajah. 

 

Gallery

Share

Ads