PALEMBANG, GLOBALPLANET - Hal ini dipaparkan M Hadi Sugeng Wahyudiono, Chief Agronomy & Research PT Astra Agro Lestari Tbk yang juga Ketua Bidang Implementasi ISPO Gapki pusat dalam Webinar Part 2 “Digitalisasi Industri Kelapa Sawit: Tantangan Generasi Milenial” gelaran Gapki Sumsel, Jumat (17/7/2020).
Webinar kedua ini dengan moderator Dr Ir Karlin Agustina, Ketua Maksi Sumsel dan juga Dosen Universitas IBA Palembang. Hadir peserta mahasiswa dan dosen berjumlah 315 orang baik melalui zoom, live youtube dan facebook globalplanet.news.
“Pertama harus diketahui kita perusahaan anggota Gapki komitmen betul – betul menerapkan protokol kesehatan. Kemudian yang kedua sharing pendekatan adaptasi baru di era new normal dengan menerapkan digitalisasi,” ujarnya memulai pemaparan.
Seperti diketahui perkebunan memiliki karakteristik banyak terjadi kontak baik kelompok pekerja maupun person. Menghadapi pandemi, Gapki juga sudah membuat panduan yang mengikuti instruksi pemerintah, seperti menyiapkan sanitasi, cuci tangan, jaga jarak dan sebagainya. “Ini yang sebelumnya tidak kita kenal. Namun semua yang kita lakukan terbukti membuat sebagian besar kebun masih berjalan baik dan normal dan minim isu PHK, minim isu kasus Covid-19. Ini terjadi karena SOP yang ketat termasuk dalam menerima tamu,” katanya.
Hadi melanjutkan, menghadapi pandemi yang mengharuskan perubahan – perubahan pola dengan mengikuti protokol kesehatan, digitalisasi adalah keharusan. Selama pandemi Covid-19, praktis tidak ada kunjungan lapangan, namun bagaimana pun kebun tetap harus berjalan jalan dengan baik seuai harapan. “Kebun padat karya, jadi bagaimana perkaja di lapangan dapat bekerja sesuai harapan? Kami di Astra sejak tiga tahun lalu sudah buat digitalisasi untuk tahu apa yang dibuat karyawan kita,” jelasnya.
Karena itu, mengambil contoh di perkebunan PT Astra Agro Lestari Tbk. mengembangkan beberapa aplikasi berbasis digital untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Sebagai contoh di Astra ada aplikasi yaitu DINDA dan MELLI.
Dengan aplikasi yang didukung teknologi komunikasi, dapat diketahui kondisi kebun, kegiatan pekerja di lapangan akan diketahui dia sedang melakukan apa. “Dengan aplikasi, selain untuk memperkuat fungsi kontrol, digitalisasi juga agar analisis dan keputusan dapat diambil lebih cepat, tepat, dan akurat. Seperti pemupukan akan lebih efisien dan tepat waktu dan tepat dosis,” katanya.
Aplikasi DINDA (Daily Indicator of Astra Agro) yang fokus dalam hal pengembangan model sistem yang mendukung operasional. Sistem yang dibuat juga memfasilitasi manajemen untuk mengembangkan kerja-kerja yang efektif dan efisien.
Begitu juga aplikasi yang diberi nama MELLI (mill excellent indicator), sangat berguna dalam memasok data yang cepat dan akurat mengenai indikator-indikator yang ada di pabrik kelapa sawit. Pasokan data tersebut sangat diperlukan manajemen untuk melakukan analisis dan pengambilan keputusan atas setiap permasalahan di pabrik.
Hadi menegaskan bahwa semua aplikasi ini diintegrasikan melalui Operation Center of Astra Agro (OCA), yaitu sebuah sistem induk yang dikembangkan dengan basis informasi realtime.
"Dengan sistem ini, apa yang berlangsung di lapangan bisa lebih cepat diketahui sehingga eksekusinya pun dapat lebih cepat," pungkasnya.
“Adapun tantangan bagi kaum milenial mahasiswa adalah bagaimanabisa mengambil gambar kesehatan tanaman dengan drone dan mengetahui kondisi lahan sehingga tahu dosis pupuk yang tepat. Ini mimpi kami kedepan semua digital,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Gapki Sumsel Alex Sugiarto mengucapkan terima kasih kepada nara sumber webinar yang sangat luar biasa untuk membuka wawasan mahasiswa. “Di sawit itu jangan mikirnya kotor – kotornya saja, tapi juga digital. Kalau bisa pelaku industry sawi tidak turun lapangan kecuali audit. Bisa monitor, analisa semua by digital,” katanya.
Digitalisasi sambung Alex, bukan hanya masalah efisiensi tapi peningkatan produktifitas. Terkait kekhawatiran dengan digitalisasi kebutuhan tenaga kerja berkurang, perlu diluruskan. “Justru bukan mengurangi, tapi bagaimana kita punya inovasi, kita harus ikuti jaman mengubah maind set,” sebutnya.
Bukan hanya sawit, industry lain seperti perbankan sudah masuk dunia digital. “Mau tidak mau suka atau tidak suka, tinggal bagaimana caranya kita berubah. Apalagi di tengah pandemi yang kita tidak tahu kapan berakhirnya,” jelasnya.
Terkait apakah perkebunan sawit terbuka untuk magang bagi mahasiswa yang ditanyakan banyak peserta dari Medan, Pontianak dan Sulawesi bahkan Merauke, Alex menegaskan, “Kita sangat senang, karena dengan adanya mahasiswa magang mahasiswa dapat memahami informasi yang benar dan valid tentang sawit, yang selama ini banyak hoaks dan kampanye negatif," ungkapnya.