loader

Esemka Akan Garap Mobil Listrik Murah

Foto

JAKARTA, GLOBALPLANET - Hal itu disampaikan oleh Humas PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK), Sabar Budi, saat berbincang dengan detikOto. Sabar mengatakan, Esemka yang saat ini fokus menyasar segmen mobil dengan harga lebih murah itu sudah memiliki prototipe mobil listrik.

Menurut Sabar, sebelumnya Esemka menggandeng PT Pindad untuk mengembangkan mobil listrik. Saat itu, pikap kabin ganda (double cabin) Esemka Digdaya diuji menggunakan tenaga listrik bersama PT Pindad. Namun, Sabar menyebut kalau Esemka meluncurkan mobil listrik dalam bentuk pikap kabin ganda, kemungkinan harganya lebih tinggi.

"Kayaknya Digdaya cost-nya masih tinggi sih. Kayanya mungkin kita masuk ke pengembangan dari (pikap Esemka) Bima ini. Bima kan low cost nih, listrik tapi van mungkin," ujar Sabar dikutip dari laman detikOto, Rabu (3/2/2021).

Lantas, berapa kira-kira harga mobil listrik Esemka? Sabar mengatakan, diharapkan harga mobil listrik Esemka bisa di bawah Rp 200 juta. Dengan begitu, banyak masyarakat yang bisa menikmati kendaraan listrik.

"Harapannya begitu (di bawah Rp 200 juta). Soalnya gini, salah satu research & development itu menentukan harga, harga produksi berapa sih. Kalau penginnya kita ya semurah mungkin," ujarnya.

Terlebih, material mobil listrik bisa didapatkan di dalam negeri sehingga tak perlu impor dari luar. Pemerintah juga membuka peluang baterai mobil listrik bisa diproduksi di dalam negeri.

"Misalnya baterai diproduksi di Indonesia, ya sudah berarti kan mungkin bisa target kita untuk jadi low cost (mobil listrik murah)," sebut Sabar.

Dia menilai, mobil listrik ini menjadi segmen yang menarik. Sayangnya, saat ini mobil listrik di Indonesia harganya mahal-mahal. Paling murah saja mobil listrik di Indonesia harganya Rp 600 jutaan.

"Kita berharap untuk EV (electric vehicle/kendaraan listrik) ini kan pasar yang menarik juga. Mungkin yang bermain di premium class monggo, silakan. Esemka kan masuk ke low cost vehicle. Satu sisi Esemka kan lebih dekat dengan petani, lebih dekat dengan komunitas yang ada semacam bumdes, UMKM. Justru mereka harus menikmati juga EV kan. Selama ini mungkin yang saya tahu EV mungkin untuk passenger class (kelas kendaraan penumpang). Ya boleh-boleh saja. Kalau pendapat saya, kalau EV muncul untuk bisa diberdayakan ke masyarakat, bisa dipergunakan ke perniagaan mungkin jadi lebih menarik," jelas Sabar.

Sayangnya, pengembangan prototipe mobil listrik Esemka terbentur kondisi pandemi COVID-19. Menurut Sabar, pembatasan orang di kawasan pabrik Esemka demi menerapkan protokol kesehatan membuat pengembangan mobil Esemka tertunda.

Share

Ads