loader

Menyulam Luka, Merajut Harapan: Aksi Kamisan yang Tak Kunjung Henti

Foto
Peringatan 13 Tahun Aksi Kamisan di depan Istana Merdeka. (Foto: Aghniadi Aghniadi / Wikimedia Commons)

SETIAP - Kamis terdapat doa dan harapan, terdapat amarah dan semangat, terdapat lelah dan keputusasaan, serta terdapat hitam di dekat cerahnya istana putih. Aksi Kamisan lahir dan ada hingga saat ini disebabkan karena berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Indonesia yang belum terselesaikan atau pun diabaikan oleh pemerintah. 

Aksi ini merupakan respons dari para keluarga korban pelanggaran HAM, yang merasa bahwa apa yang terjadi belum sepenuhnya tuntas serta apa yang dilakukan pemerintah menunjukan keacuhannya terhadap masalah tersebut. Lalu kenapa disebut Aksi Kamisan? 

Aksi ini ternyata terinspirasi dari Asociación Madres de Plaza de Mayo, yang merupakan sebuah organisasi yang didirikan oleh ibu-ibu dari orang-orang yang hilang selama perang kotor di Argentina. Aksi ini dilakukan pertama kali tahun 1977 setiap hari Kamis, para ibu-ibu berkumpul di lapangan plaza de mayo dan mengharapkan keadilan untuk anak-anak mereka. 

Dari sinilah aksi Kamisan pun muncul, di mana latar belakang dan tujuan yang hampir sama, yaitu mengusut tuntas pelanggaran HAM yang terjadi. Dilakukan setiap Kamis sore di dekat Istana Negara, dengan berpakaian serba hitam dan memakai payung hitam sebagai simbol duka cita.

Januari tahun 2024, tepat 17 tahun sudah aksi Kamisan telah dilakukan. Setiap hari Kamis dari tahun 2007 hingga sekarang, aksi ini terus berlanjut hingga yang ke-815 kalinya. Pada awalnya aksi Kamisan hanya dilakukan oleh segelintir keluarga korban pelanggaran HAM saja, di antaranya ibu Sumarsih, yang merupakan ibu kandung dari Wawan, mahasiswa yang menjadi korban dari Peristiwa Semanggi I. Serta Suciwati, yang merupakan istri dari Munir, pegiat HAM, yang meninggal setelah diracun saat perjalanannya menuju Amsterdam. 

Seiring berjalannya waktu, karena zaman terus berlanjut, media pun ikut andil dalam aksi ini, di mana sekitar tahun 2010 hingga sekarang, ada banyak orang-orang yang ingin bergabung dalam aksi ini, salah satunya karena banyak yang meliput dan menyoroti aksi ini baik melalui media massa ataupun media sosial, membuat aksi ini semakin banyak dikenal oleh semua kalangan. Salah satu contohnya ialah saya sendiri, di mana saya baru mengetahui ternyata ada yang namanya aksi Kamisan di Indonesia ini, melalui salah satu platform media sosial yang saya miliki, padahal aksi ini sudah ada sejak saya masih kecil. 

Media yang menggiring opini publik, terus memainkan peran besar dalam aksi ini, di mana sekarang ada banyak anak muda yang ikut andil dalam aksi ini, di mana sekarang banyak orang-orang yang dulunya tidak tahu dan tidak paham akan aksi ini, kini banyak masyarakat yang tahu dan terbuka wawasannya untuk turut serta dalam aksi ini.

Saat ini aksi Kamisan tidak hanya dilakukan di Jakarta saja, namun sudah ada di berbagai wilayah di antaramya Yogyakarta, Palu, Bandung, Malang, dan masih banyak lagi. Hal ini juga menjadi penanda bahwa kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia terjadi di banyak bagian wilayah di Indonesia. 

Pakaian hitam, payung hitam, poster dan spanduk yang dibawa dalam aksi ini berisi tuntutan dan pesan-pesan terkait penuntasan kasus pelanggaran HAM yang terjadi. Poster-poster sering kali juga menampilkan foto-foto korban yang seharusnya di adili.

Lalu apakah ada respons dan tindakan yang jelas dari pemerintah atas masalah ini, aksi ini terus berlanjut bukan hanya tentang kasus pelanggaran HAM yang telah dituntut terlebih dahulu, namun aksi ini terus berlanjut, dikarenakan semakin banyak pula bermunculan kasus-kasus pelanggaran HAM lainnya yang terjadi, sehingga apabila pemerintah bak buta dan tuli maka aksi ini akan terus ada sampai kapanpun.

Selamanya Kamis, di depan Istana Merdeka mereka akan terus berdiri, dengan menyulam luka, merajut harapan, amarah dan emosi yang terus bergema dengan keyakinan bahwa suatu hari nanti keadilan akan datang menjemput tangis dan luka selama ini. Karena aksi Kamisan bukan sekadar ritual mingguan, tetapi sebuah perjuangan yang tak akan berhenti hingga keadilan benar-benar ditegakkan.

 

 

Referensi: 

Presiden Silih Berganti, Aksi kamisan Tetap Berdiri-Kumparan, 20 Januari 2024, oleh Abdurrahman

Aksi Kamisan: 15 Tahun Keadilan Korban Digadaikan-Kumparan, 21 januari 2022, oleh Fakhris Lutfianto Hapsoro

Aksi Kamisan: Gerakan yang Terinspirasi dari Asosiasi Para Ibu di Plaza de Mayo-Kumparan, 19 oktober 2023, oleh Raihan Muhammad

 

 

 

Penulis: Cendy Rezalatus Solehah

Mahasiswa FISIP Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Share

Ads