JAKARTA, GLOBALPLANET. - Solusi ini, kata Rizal Ramli, sudah terbukti dilakukan di era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan kini juga diterapkan negara lainnya.
"Saya baru baca di India tahun ini akan rebound paling cepat dari seluruh negara di Asia. Salah satunya karena pemerintahnya memompa daya beli masyarakat menengah ke bawah, persis yang kami lakukan waktu saya menko di zaman Gus Dur," kata Rizal Ramli di kanal YouTube Bravos Radio Indonesia.
Dikisahkannya, saat itu dirinya membenahi kondisi perekonomian, pertumbuhan ekonomi kala itu minus 3 (-3), tetapi dalam waktu yang singkat berhasil diubah menjadi positif.
"Saya masuk ekonomi minus 3, hanya dalam waktu 21 bulan kami mampu menaikkan menjadi positif 4,5 atau naik 7,5 persen. Ekspor kita (pemerintahan era Presiden Gus Dur) naikkan dua kali lipat," ujarnya.
Tingkat ketimpangan masyarakat di Indonesia juga membaik dengan koefisien gini ratio terendah dalam sejarah.
"Gini ratio paling rendah dalam sejarah. Satu tahun kita kurangi kemiskinan 5 juta, 2 tahun 10 juta. Jokowi dalam setahun hanya mampu mengurangi kemiskinan kurang dari satu juta," ujarnya.
Hal ini bisa terjadi karena pemerintahan era Gus Dur menempuh strategi berbeda. Di era Gus Dur bisa menekan kemiskinan hingga menaikkan gaji PNS, TNI, ABRI dan pensiunan hingga memompa daya beli rakyat. Hal ini pula yang kini ditempuh India dan Turki di tengah pandemi corona.
"Kenapa sih kok bisa beda gitu? karena strateginya berbeda. Kami konsisten memompa daya beli menengah ke bawah selama krisis termasuk konsisten menaikkan gaji PNS, Polri, TNI dan pensiunan hingga 125 persen, restrukturisasi kredit kecil dan sebagainya. Ini sekarang di India dilakukan. Saya dengar di Turki tahun ini juga akan rebound lagi sama school of thinking-nya. Pompa daya beli rakyat," sambung Rizal Ramli dilansir dari JPNN.