Teknologi digital dan AI memiliki potensi untuk menggantikan pekerjaan manusia dengan otomatisasi. Selain itu, pengembangan teknologi AI tidak memerlukan infrastruktur fisik yang luas dan dapat dilakukan oleh perusahaan besar dengan sumber daya yang besar.
Oleh karena itu, ada risiko terjadinya ketimpangan sosial dan ekonomi sebagai akibat dari perkembangan teknologi ini.
Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan visi yang jelas dan kesadaran akan dampak teknologi yang komprehensif.
Pemerintah dan pemangku kepentingan harus bekerja sama dalam mengembangkan kebijakan yang memperhatikan aspek sosial, kesejahteraan, dan akuntabilitas. Penguatan kerja sama antarlembaga dan kolaborasi dengan sektor swasta juga penting dalam menciptakan dampak yang positif dan inklusif dari digitalisasi.
Perkembangan terbaru dalam kecerdasan buatan (AI) menunjukkan bahwa sekitar 300 juta pekerjaan di Eropa dan AS dapat diotomatisasi dengan teknologi chatbot. Dalam hal ini, perkembangan digitalisasi dan AI tidak menghasilkan munculnya bidang pekerjaan baru dengan penyerapan kerja yang luas.
Dampak dari pemanfaatan teknologi digital dan AI adalah kurangnya permintaan tenaga kerja. Hal ini berarti menghancurkan dasar ekonomi dan daya beli dalam jangka panjang. Salah satu perbedaan lainnya adalah bahwa pengembangan teknologi AI dapat dilakukan di lingkungan yang tertutup tanpa memerlukan infrastruktur fisik yang luas dan mudah terlihat.
Pihak dengan sumber daya yang sangat besar, yang mungkin berasal dari sumber yang ilegal, dapat mempekerjakan sejumlah ahli terbaik di dunia untuk mengembangkan sistem AI mereka sendiri.
Persoalan mendasar yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana teknologi ini berisiko menciptakan ketimpangan dalam struktur sosial dan ekonomi yang baru. Perluasan akses terhadap digitalisasi tidak secara otomatis mengatasi masalah, seperti yang sering diusulkan oleh pemerintah.
Ketimpangan persaingan terjadi ketika perusahaan-perusahaan bermodal besar menggunakan AI untuk menguasai pasar, sedangkan pekerjaan menjadi semakin tidak menentu tanpa jaminan masa depan yang pasti.
Selain itu, akan muncul bentuk-bentuk baru dari struktur ketimpangan. Misalnya, jika universitas dan lembaga pendidikan tinggi lainnya memperbolehkan penggunaan chatbot oleh mahasiswa dan peneliti dalam kerangka prosedur baru untuk mencapai analisis yang lebih berkualitas, hanya universitas dengan sumber daya besar yang dapat memenuhi persyaratan tersebut, sementara yang lainnya akan tertinggal.