MURATARA, GLOBALPLANET - Banjir melanda sejumlah wilayah di Sumatera Selatan (Sumsel). Sebagian sudah menyurut dan sebagian lagi masih tergenang, di antaranya di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin.
Banjir yang telah menyurut yakni Kabupaten Musi Rawas Utara (Utara). Di kabupaten yang berdiri tahun 2013 ini, banjir melanda enam kecamatan dan merusak sedikitnya enam jembatan.
Tidak sedikit yang menyebut, banjir di Muratara terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Banjir mulai terjadi tanggal 10 Januari dan baru menyurut beberapa hari kemudian.
Saat banjir terjadi, hampir semua aktivitas warga terhambat dan layanan publik seperti perkantoran, sekolah, listrik dan air bersih berhenti total.
Pemerintah baik Pemprov Sumsel terutama Pemkab Muratara bersama instansi terkait berjibaku menanggulangi dampak banjir. Mulai dari mendirikan posko, menyiagakan petugas dan evakuasi hingga menyiapkan dapur umum.
Setelah Sungai Rawas dan Rupit mulai menurun, banjir menyusut dan bantuan berdatangan. Bantuan dari pemerintah, perusahaan milik pemerintah dan swasta.
Namun sayang, bagi sebagian korban banjir hanya melihat bantuan tersebut di media massa dan media sosial. Sebagian warga merasa tidak atau belum mendapatkan bantuan apa pun.
"Setiap kali banjir, apalagi ini banjir terbesar dan yang parahnya itu empat hari lebih dari 1,5 meter, kami di desa ini tidak mendapatkan bantuan," teriak beberapa warga di salah satu desa di Kecamatan Rupit kepada globalplanet, Sabtu (20/1/2024).
Ibu muda tersebut menuturkan, kalau pun ada bantuan yang sampai ke mereka hanya beberapa bungkus mie instan. "Kalau di berita ada beras, telur dan lengkap. Tapi setiap kali banjir, cuma mie instan yang ada," sesalnya.
Beberapa warga lainnya juga menyampaikan keluhan yang sama. Padahal, mereka juga dilanda banjir 1,5 hingga dua meter dan terpaksa mengungsi selama beberapa hari.
"Kami ngungsi ke rumah tetangga yang punya rumah panggung, tetap tidak dapat bantuan. Paling sekali atau dua kali nasi bungkus. Bantuan lain tidak ada, padahal kami ngungsi, semua isi rumah terendam banjir dan rumah kami pinggir jalan," kata warga lainnya yang sudah berusia lanjut.
Dengan mata berkaca-kaca, lansia berstatus janda ini hanya berharap tidak lagi terjadi banjir. "Banjir melelahkan, barang-barang terendam, cari makan susah," katanya.
Saat ini, warga korban banjir mulai menderita penyakit dampak banjir yakni gatal-gatal dan batuk. Warga berharap tidak lagi terjadi banjir agar dapat beraktivitas normal, karena tidak lama lagi akan memasuki bulan suci Ramadhan.