Cara kerja alat pengumpul sampah berbasis IoT tersebut, menurut Siska, cukup sederhana. Tim menyematkan dua buah sensor pada sistem penangkap sampah RiT-Trap, yakni sensor jarak dan sensor kecepatan aliran. Informasi yang terekam kemudian dikirim ke mikrokontroler menggunakan jaringan Bluetooth atau jaringan internet.
“Singkatnya, dengan sensor tersebut, RiT-Trap akan mulai mengumpulkan sampah yang ada di sungai. Pengguna dapat mengontrol pergerakan alat melalui smartphone yang terhubung dengan internet. Bobot sampah yang sudah terkumpul juga bisa diketahui di layar smartphone,” tutur Siska.
Total bobot sampah yang bisa diangkut oleh RiT-Trap berkisar antara 250 sampai 550 gram. Selain dapat mengumpulkan sampah, alat ini juga diklaim dapat mendeteksi adanya limbah sungai.
Sementara itu, sumber energi listrik yang digunakan untuk memutar rotor berasal dari energi surya dengan instalasi panel surya pada bagian atas RiT-Trap.
Inovasi mahasiswa lintas program studi Teknik Lingkungan, Teknik Geofisika, dan Teknik Perminyakan Universitas Pertamina tersebut, berhasil meraih Bronze Medal di ajang Youth International Science Fair (YISF), untuk kategori Environmental Science.