Keuntungan berikutnya, biodiesel telah pula menghemat devisa negara lantaran tak lagi jor-joran mengimpor solar. “Ini nih yang paling penting lagi. Produk biodiesel dalam negeri yang mencapai 8,4 juta kiloliter pada tahun 2020 telah mampu mengurangi emisi sekitar 15% atau setara dengan 22,48 juta ton CO2,” Mauli menegaskan.
“Kita belum menghitung capaian serapan karbondioksida dan oksigen yang dihasilkan oleh kebun kelapa sawit lho. Sebab penelitian nyata-nyata menghasilkan bahwa sawit mampu menyerap karbon 65,4 ton pertahun dan menghasilkan oksigen 18,7 ton per tahun,” tambahnya.
Mauli kemudian mengurai bahwa di dalam negeri, sektor industri kelapa sawit telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia.
Melalui ekspor CPO dan turunanannya, kinerja ekspor tahun lalu mencapai USD 24,2 miliar atau rata-rata 14,19% per tahun dari total nonmigas dan ekspor gas.
Industri kelapa sawit ini juga telah menyumbang penerimaan negara berupa pajak dengan perkiraan antara Rp14 triliun hingga Rp20 triliun per tahun.
“Kinerja ini menunjukkan betapa pentingnya industri kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia,” ujarnya.
“Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, kami percaya, Indonesia tidak hanya akan menjadi penyedia minyak nabati mentah dunia, tapi pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan untuk mendorong industri hilir agar memiliki nilai tambah. Dengan kebijakan ini, komposisi ekspor minyak sawit Indonesia sudah didominasi oleh produk hilir sebesar 64% dan ekspor CPO tinggal 26%, Mauli merinci,.
“Beginilah capaian yang ingin kita sampaikan kepada dunia. Bahwa Indonesia telah mampu meningkatkan kualitas lingkungan dan telah pula mampu mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs),” ujarnya.
BPDPKS kata Mauli sangat yakin bahwa capaian tadi akan semakin baik lantaran PSR yang sudah berjalan selama ini, telah menunjukkan hasil yang bagus dan ini berarti produksi bisa ditingkatkan tanpa menambah lahan baru lagi.