JAKARTA, GLOBALPLANET - Industri Sawit yang mempekerjakan 16,2 juta pekerja ini perlu terus didukung dengan penelitian dan pengembangan agar memiliki daya saing sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Peran riset dan pengembangan serta pemanfaatan teknologi menjadi sangat penting dalam meningkatkan bargaining position negara.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, bahwa riset dari industri sawit diharapkan menitikberatkan pada tiga pilar utama.
Pertama, aspek penguatan, aspek pengembangan, dan aspek peningkatan pemberdayaan perkebunan dan industri sawit yang bersinergi baik dari hulu maupun hilir.
Kedua, yang terkait dengan konsolidasi data, produktivitas, peningkatan kapasitas maupun teknologi di pabrik kelapa sawit, dan tentunya pemberdayaan petani sawit.
Ketiga, pengembangan domestik market dengan penggunaan bahan bakar nabati, dan riset di bidang pengembangan biodisel 100% dan bio avtur.
“Riset ini harus terus dilakukan agar produk sawit bisa terus memberikan nilai tambah, dan hilirnya juga perlu ditingkatkan. Industri sawit ini selain mendorong kemandirian energi, mengurangi emisi gas, juga mengurangi impor solar atau diesel sebesar 38 triliun rupiah di tahun 2020, sedangkan tahun ini dengan adanya program B30 diperkirakan terjadi penghematan devisa sebesar 56 triliun rupiah,” ungkap Menko Airlangga dalam Pekan Riset Sawit Indonesia yang diselenggarakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) secara virtual, Rabu (17/11).