7. Tidak rawan banjir.
Menentukan tidak rawan banjir harus menggunakan GPS (leveling) atau dapat juga dilihat dari jenis vegetasi yang dominan ditanah yang akan kita beli.
8. Berdasarkan luasan tanah yang dibeli.
Idealnya jika kita berkebun sawit dengan tujuan pekerjaan utama, atau menambah penghasilan atau tabungan masa tua/pensiun dan kita tidak tinggal diseputaran kebun. Maka, idealnya luas lahan yang dibeli antara 6 hektar sampai 25 hektar. Namun jika kita mengerjakan sendiri kebun yang kita beli tersebut dan domisili disekitar kebun. Sebaiknya luasan 4 ha sudah cukuplah. Dengan asumsi penghasilan bersih 1,2 juta/ha/bulan (jika memenuhi kriteria GAP, good agricultural practices).
9. Memerhatikan asal dan jenis bibit sawit yang sudah tertanam.
Untuk memastikan sumber bibit sawit memang hal yang rumit karena pemilik kebun yang akan dibeli tersebut pasti berdalih ASLI. Jika pemilik kebun masih memiliki sertifikat sumber bibit/kecambah, maka dapat menghubungi produsen bahan tanaman tersebut (jika arsip masih ada), semisal PPKS Medan, Damimas atau dapat menghubungi perwakilan APKSINDO setempat untuk memastikan kebenarannya.
Lalu, bagaimana jika samasekali tidak memiliki dokumen sertifikat bibit? Nah jika tanamannya sudah berumur panen (TM=Tanaman Menghasilkan), maka dapat dilihat dari brondolan TBS. Jika daging buahnya tebal dan cangkangnya kecil (jenis Tenera) maka material tanaman sawit bersumber persilangan DxP (hybrid). Cara pengambilan brondolan ini harus diambil secara acak, minimum sampel brondolan yang diambil hasilnya 80% jenis Tenera (DxP). Sebagai contoh apabila 2 Ha (260 batang), maka brondolan yang diambil harus 25% dari total populasi (65 pohon). Bibit yang tidak hybrid, hasil panennya hanya 30% dari produksi normal selama 25 tahun masa produktif sawit. Kesepuluh
10. Aspek Agronomis.
Kebun yang akan kita beli harus kita perhatikan juga aspek perawatan kebun oleh pemilik sebelumnya. Pernahkah dipupuk, ditunas, jarak tanam, populasi tanaman per hektar, badan jalan panen dan batas sempadan. Yang perlu disoroti adalah jarak tanam, banyak yang mengasumsikan semakin banyak populasi per hektar maka semakin banyak hasilnya. Hal ini salah dan fatal.
Pada umumnya jarak tanam kelapa sawit adalah 8x9m atau 9×9 m, namun dengan menggunakan metode tertentu dapat juga 7,8 x 9m. Jika kecil dari jarak tanam ini sebaiknya jangan dibeli, sekalipun bibitnya hybrid (DxP), dengan jarak tanam yang terlampau sempit maka tidak akan pernah menghasilkan panen yang optimum.
“Populasi per hektar nya juga harus juga dicermati. Kadang-kadang luas kebun 10 ha, namun populasinya hanya setara dengan luasan 6 hektar, karena sawitnya banyak yang mati atau rusak, sementara ketika membeli kebun tersebut yang dihitung luasnya tetap 10 hektar,” ujarnya.
Inilah Tipsnya jika ingin membeli kebun yang sudah ada sawitnya. Namun Jika membeli tanah Kosong untuk kemudian ditanami sawit, cukup fokus ke nomor 1 sampai 8. Agribinis kelapa sawit adalah investasi jangka panjang (20-25 tahun). Jangan terburu-buru memutuskan. Karena tanpa kejelian akan menuai banya masalah di masa mendatang.