loader

Menumbuhkan Budaya K3 untuk Sawit Berkelanjutan

Foto

Upaya dan regulasi pemerintah untuk merespons K3 sudah ada sejak lama. Secara normatif sudah dimulai melalui UU Keselamatan Kerja No 1 Tahun 1970. Disebutkan para pelaku usaha wajib memberikan perlindungan K3 bagi pekerja. Tentunya ada ancaman pidana dan perdata bagi yang yang tidak mematuhi.

Sawit Indonesia terus berupaya menjadikan K3 sebagai budaya yang melekat dalam semua kegiatan seperti menggunakan alat pelindung diri, memahami risiko di tempat kerja, mematuhi setiap tanda peringatan bahaya dan larangan, peka dan aktif untuk terus melalukan perbaikan dan peningkatan kualitas. 

Perbaikan lingkungkan dan cara kerja tidak selalu mahal dan lama. Hanya diperlukan melatih kepekaan dan melakukan inisiatif. Dengan sentuhan kreatifitas dan inovasi, perbaikan dapat dilakukan dengan cepat dan murah. Seperti menggunakan dan memodifikasi alat yang ada di tempat kerja. Semua upaya itu akan sangat menolong kemajuan K3.

Dalam kolaborasi ILO dan GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), K3 menjadi salah satu agenda prioritas. Melakukan workshop, diskusi ahli dan kunjungan lapangan. Saat ini sedang Disusun dokumen panduan praktis dan praktik baik. Dokumen ini diharapkan menjadi media untuk mempercepat dan memperluas implementasi K3. 

Ada banyak praktik baik di banyak perusahaan. Dikompilasi dengan berbagai standar ILO. Saran, pengalaman dan keahlian Dr Yuka sangat penting untuk menghasilkan dokumen yang mengikuti perkembangan global. Dokumen itu nantinya akan dibagikan kepada semua petani, pekebun dan semua rantai bisnis pendukung sawit untuk dijadikan pedoman praktis.

Kita berharap K3 bukan hanya slogan tetapi menjadi budaya. Dengan cara itu sawit Indonesia makin berkelanjutan. Bahkan kita berharap tidak ada lagi kekecelakaan dan kematian yang konyol. Konyol dalam arti terjadi karena tidak tahu, lalai, anggap remeh, tidak sadar dan tidak diedukasi. 

Setiap kecelakaan dan kematian bukan hanya disesali si korban dan keluarganya tetapi disesali semua pihak dan tentunya akan merugikan bisnis. Bila budaya K3 ini terwujud, maka kita bisa bangga bahwa sawit tidak saja tentang ekonomi dan kemakmuran materi, tetapi juga ada insan dan nyawa yang dijaga, dilindungi, dihargai dan dikembangkan. Semoga. Horas.

 

 

Penulis: Sumarjono Saragih (Ketua Bidang Ketenagakerjaan GAPKI)

Share

Ads