LAHAT, GLOBALPLANET.news - “Belum bisa memastikan secara diagnosa laboraturium pemeriksaan darah apakah itu penyakit jembrana lagi seperti di tahun 2018 lalu. Cuma secara gejala klinis sudah kami pastikan itu Jembrana,” kata Drh Astin Tri Saputra, Kabid Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Lahat.
Astin menjelaskan, penyakit Jembrana hanya menular ke sapi bali saja, tidak ke hewan lain, masyarakat yang memiliki hewan jenis sapi bali diminta untuk memisahkan dari ternak yang sakit, melakukan karantina dan tidak dianggon dulu. Kemudian, diberikan pakan tambhan konsentrat dan pemberian antibiotik.
"Kalau penyebab virus, awal tahun kemarin sudah ada edaran dari pemprov bahwa ada kasus Jembrana di Jambi, selang sebulan masuk ke Kota Lubuk Linggau, kemungkinan treknya itu, karena di Desa Purnamasari ada belantik yang masukan sapi dari luar, kemungkinan dari mereka awalnya, apalagi kebiasaan disana sapi diangon,” jelas Astin.
Kemudian, pihaknya akan terjun ke lokasi untuk melakukan pelayanan kesehatan terhadap hewan tersebut sembari mengambil sample darah untuk diperiksa di Balai Besar Penyakit Veteriner (BPPV) Lampung.
“Kalau penanganan sudah dilaksanakan saat bulan puasa kemarin. Kabar terakhir sekitar 40 ekor sapi yang dipotong paksa, sedangkan untuk yang mati mendadak 5 ekor,” jelasnya.
Sebelumnya, sapi milik warga Desa Purnama Sari Kecamatan Kikim Barat mati serentak. Menurut Rohim tokoh masyarakat setempat bahwa sapi-sapi yang mati mendadak tersebut diduga sejak masuknya sapi dari luar Kabupaten Lahat yang dijual kepada masyarakat desa setempat.
"Sapi-sapi di desa ini selama bulan puasa hingga lebaran sekitar 60 ekor yang mati, terutama sapi milik warga di Blok Semarang dan Blok DKI Desa Purnamasari ini," sampinya.