JAKARTA, GLOBALPLANET - Ini tampak dari pencapaian skor yang masih rendah tentang apa yang telah peritel besar, produsen dan perusahaan makanan lakukan untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang tidak ramah lingkungan.
Dalam edisi kelima selama 10 tahun terakhir, WWF’s Palm Oil Buyers Scorecard meneliti 173 peritel besar, produsen, dan perusahaan makanan asal Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia, Singapura, Indonesia, dan Malaysia dengan merek-merek ikonik. Misalnya, Carrefour, L'Oreal, McDonald, Nestle, Tesco, dan Walmart.
Scorecard ini bisa digunakan sebagai tolak ukur perusahaan. Dengan harapan, perusahaan dapat mengambil tindakan yang tepat dan tanggap untuk bisa ikut menjawab tantangan lingkungan serta perubahan iklim yang semakin mengancam kehidupan manusia di Bumi.
Scorecard juga menunjukkan, komitmen anggota Consumer Goods Forum (CGF) untuk memastikan rantai pasoknya terbebas dari praktik ilegal maupun merusak lingkungan, belum seluruhnya terpenuhi. Dari 53 perusahaan anggota CGF, hanya 10 perusahaan yang mengimplementasikan komitmennya secara sungguh-sungguh sehingga bisa menduduki sepuluh peringkat teratas.
Ke-10 perusahaan itu adalah Ferrero, Kaufland, L'Oréal, Marks & Spencer, Mark dm-drogerie, The Co-operative Group UK (Inggris), Rewe Group, Mars, Friesland Campina, dan Nestlé. Kinerja perusahaan tersebut perlu mendapat apresiasi, walau itu tidak terlepas dari kewajiban mereka dalam mematuhi komitmen keberlanjutannya di 2020.
WWF mengharapkan, semua anggota CGF segera mengambil langkah konkrit dan berperan aktif dalam isu kelapa sawit berkelanjutan. Ini sejalan dengan misi yang mereka nyatakan sebelumnya: menjaga kepercayaan konsumen dan mendorong perubahan positif.
Menurut Direktur Kebijakan dan Advokasi WWF-Indonesia, Aditya Bayunanda, dukungan peritel dan produsen makanan terhadap pengadaan kelapa sawit berkelanjutan perlu ditingkatkan.
"Partisipasi aktif pelaku industri ritel akan berdampak positif bagi pemenuhan hak konsumen dalam mendapatkan opsi membeli produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," katanya, dikutip dari Kontan, Senin (20/1/2020).
Ahold Delhaize dengan nama Superindo telah berinisiatif untuk memastikan house brand produk minyak goreng mereka berasal dari rantai pasok yang tidak terlibat dalam praktik ilegal maupun merusak lingkungan.
"Kepemimpinan seperti ini yang WWF-Indonesia harapkan bisa menjadi pemicu pelaku bisnis lainnya untuk melakukan hal serupa,” ujar Aditya.
Oleh karena itu, isu boikot yang sering didengungkan harus dihadapi dengan mengedepankan kelapa sawit Indonesia telah diproduksi secara lestari dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Dan justru, membawa kesejahteraan dan perlindungan bagi hutan alam yang masih tersisa.
Ke depan, Aditye menyatakan, kelapa sawit berkelanjutan didorong untuk menjadi sebuah norma baru di dalam sektor industri ritel Indonesia. Itu sebabnya, scorecard global ini akan baik sekali untuk diadopsi di tingkat nasional sebagai acuan untuk menyusun strategi perbaikan kinerja dan tata kelola usaha menuju berkelanjutan.
Lebih dari itu, produsen dan peritel yang menjamin produk-produknya menggunakan sawit berkelanjutan menjadikan diferensiasi dari perusahaan sejenis dan dapat memenangkan kompetisi di hati konsumen.
“Kabar baiknya adalah tahun 2020 merupakan peluang yang bagus bagi perusahaan untuk bergabung dengan para pembuat kebijakan dan konsumen untuk berkomitmen pada penggunaan kelapa sawit yang tidak lagi membahayakan alam atau hutan,” kata Elizabeth Clarke, WWF Palm Oil Global Lead