JAKARTA, GLOBALPLANET - Guru Besar Universitas John Calbot Roma Pietro Paginini mengungkapkan selain perubahan pola hidup masyarakat Eropa di tengah pandemik Covid-19, aktivis lingkungan anti-sawit kembali menyuarakan kampanye negatif yang menyoroti industri sawit sebagai salah satu penyebab pandemi.
Pietro Paginini melanjutkan bahwa menyuarakan anti-sawit telah menjadi tren yang menekan industri terutama sektor pangan di beberapa negara di Eropa. Setidaknya 50% produk di Italia dan 65% produk di Perancis mengubah bahan baku dari minyak sawit menjadi minyak nabati lainnya. Sementara itu, pergeseran opini ditunjukkan beberapa negara Eropa seperti Inggris yang mulai menyadari fakta bahwa industri kelapa sawit dapat dikelola secara berkelanjutan.
Berbagai kebijakan terkait label Palm Oil Free akan diusung di Uni Eropa yang dapat menjadi tantangan juga kesempatan bagi industri kelapa sawit. Pietro menjelaskan label palm oil free yang disematkan oleh perusahaan dan pengecer makanan semata untuk membela petani minyak nabati Uni Eropa.
“Contohnya di Swiss, dimana ada referendum untuk menghentikan perjanjian-perjanjian antara Indonesia dan Swiss, karena minyak kelapa sawit terlalu kompetitif. Dalam aspek komersial, yaitu persaingan business to business antar produsen makanan,” jelas Pietro.
Pietro menuturkan pendekatan multilateral perlu diintensifkan Indonesia untuk menghadapi kampanye negatif. Ia juga menambahkan bahwa sertifikasi dapat menjadi strategi dan solusi untuk meningkatkan penerimaan sawit berkelanjutan di pasar global.