loader

Anda Pilih, Mau Jadi Spekulan atau Investor?

Foto

MEDAN, GLOBALPLANET.news - Namun perlu diketahui, di pasar modal ada juga yang memilih untuk mengambil cuan atau untung dalam jangka pendek dari modal yang mereka tanam. 

Kepala PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumut, Muhamad Pintor Nasution, kepada sejumlah media di Medan, Sabtu (22/5/2021), menyebutkan jika ada sekelompok investor yang berinvestasi dalam jangka pendek dengan memanfaatkan strategi teknikal dari kenaikan dan penurunan harga saham yang dinamis di BEI, maka hal ini lebih tepat disebut sebagai spekulasi dibandingkan investasi. 

"Dibandingkan investasi yang memang fokus pada tujuan jangka panjang, para investor spekulan harus punya pengetahuan menganalisis fluktuasi saham dan siap untuk kehilangan dana investasinya sewaktu-waktu. Karena itu, para investor spekulan harus punya nyali yang kuat saat terombang-ambing oleh arus fluktuasi pasar," kata Pintor. 

Di sisi lain, kata Pintor, investor jangka panjang bisa tetap tenang karena hasil yang diinginkannya bukan untuk waktu yang singkat. "Coba kita bayangkan seandainya saat ini kita membeli satu saham perusahaan di BEI di saat harga saham sedang turun karena dampak pandemi yang belum berakhir," ujar Pintor. 

Ia menyebutkan, harga saham yang sedang turun saat ini menjadikan momen ini waktu yang baik untuk memulai berinvestasi saham karena kita dapat menikmati potensi keuntungan di masa mendatang.

Pintor mengingatkan, salah satu keuntungan dari investasi saham adalah dari selisih harga jual dan beli yang disebut capital gain. Selain itu, ada pula keuntungan dalam bentuk dividen saham yang dibagikan tiap tahun oleh perusahaan kepada pemegang saham.

"Sehingga jika kita membeli saham dengan harga rendah, akan berpotensi memberi keuntungan besar dalam jangka panjang. Dengan catatan, abaikan fluktuasi dalam jangka pendek jika kita meyakini kinerja perusahaan secara internal baik," Pintor menyarankan. 

Ia lalu memberikan contoh saham PT Astra International Tbk yang di pasar modal menggunakan kode ASII. "Misalnya kita beli saham ASII pada April 2004 atau 17 tahun lalu dengan harga perlembar yang terendah Rp 505. Lalu, pada bulan Juli 2010, harganya sudah di atas Rp 5.000," ujar Pintor. Yang terjadi kemudian, sambung Pintor, harga saham ASII terus naik hingga mencapai level di atas Rp 9.000 per saham pada bulan April 2017. Sehingga, kenaikan saham sempat mencapai 1.600 persen.

"Jika bulan April 2004 kita menginvestasikan uang sebesar Rp 10 juta dengan membeli saham ASII, misalnya, maka uang kita akan bertambah menjadi Rp160 juta pada bulan April2017. Luar biasa, kan?" kata Pintor. 

Jadi, kata Pintor, jika saja masyarakat mau menyisihkan uang untuk menabung saham secara berkala pada perusahaan yang bagus secara fundamental, maka hasilnya dapat kita nikmati pada tahun 2045 saat merayakan HUT Kemerdekaan RI satu abad. 

"Kemungjkinan besar saat itu kita dapat memanen potensi keuntungan yang relatif besar," tegas Muhamad Pintor Nasution. 

Share

Ads