PALEMBANG, GLOBALPLANET - Dalam dekade terakhir, berbagai isu sosial, ekonomi, dan lingkungan digunakan sebagai tema utama dalam kampanye-kampanye negatif terhadap industri minyak sawit Indonesia. Padahal, banyak dari kampanye tersebut dibangun di atas mitos-mitos yang belum diuji kebenarannya.
Mitos dan Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dipaparkan dalam seminar temu Netizen dengan tema “KUPAS TUNTAS MITOS DAN FAKTA KELAPA SAWIT” yang berlangsung di Hotel Harper Palembang, Senin (28/2/2022), oleh himpunan tani milenial Sumsel dan pemuda tani HKTI Muara Enim.
Dalam seminar yang digelar secara Ofline dan Online tersebut menghadirkan narasumber Alex Sugiarto (Ketua GAPKI Sumsel) dan Sekretaris Eksekutif Palm Oil Agrbusiness Startegic Policy Institute (PASPI) Risnayanti Ulfa Aulia, SE, MSi.
Keynote Speker, H Slamet Somosentono (Wakil Bupati Banyuasin) dan Aida Fitria Kepala Devisi Lembaga Kemasyarakatan dan Civil Society BPDPKA.
Kejayaan Indonesia sebagai eksportir komoditas pertanian direpresentasikan oleh agroindustri kelapa sawit.
“Walau demikian, agroindustri ini juga menghadapi tantangan berupa kampanye anti kelapa sawit, yang menyangkut aspek sosial, ekonomi, serta lingkungan yang dianggap mengalami destruksi akibat adanya pengembangan bisnis kelapa sawit,” ujar Aida Fitria Kepala Devisi Lembaga Kemasyarakatan dan Civil Society BPDPKA.
Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih menjadi komoditas strategis untuk mendorong kegiatan ekspor pertanian Indonesia ke pasar luar negeri. Komoditas sawit juga menyumbang lapangan pekerjaan yang cukup besar dari hulu hingga hilir di dalam negeri.
Indonesia memiliki lapangan pekerjaan yang cukup banyak di industri sawit dari hulu hingga hilir.
“Jadi kalau kita total jumlah yang terlibat di industri sawit ini kurang lebih di atas 20 juta orang. Ini menunjukkan betapa besar lapangan pekerja yang tercipta. Bayangkan saja kalau sawit kita diganggu, lapangan pekerja kita juga terganggu,” Jelasnya.