Industri minyak sawit merupakan industri strategis dalam perekonomian Indonesia, karena kontribusinya yang cukup besar baik dalam ekspor non migas, penciptaan kesempatan kerja, pembangunan daerah pedesaan, dan pengurangan kemiskinan. Karena itu, ia menyayangkan maraknya kampanye negatif terhadap industri minyak sawit yang selain menyesatkan banyak orang, juga dapat merugikan industri minyak sawit Indonesia.
Menurut Ketua GAPKI Sumsel Alex Sugiarto bahwa isu-isu negatif tentang industri kelapa sawit di Indonesia merupakan dampak dari persaingan dagang dalam komoditas minyak nabati dunia.
"Isu-isu dan tuduhan negatif terhadap sawit banyak yang berasal dari luar Indonesia dan umumnya tidak berdasarkan fakta objektif di lapangan. Beberapa isu ini diproduksi sebagai dampak dari persaingan dagang komoditas minyak nabati dunia," kata Alex.
Menurutnya, minyak sawit memang memiliki keunggulan komparatif dibandingkan minyak nabati lainnya, seperti minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak biji bunga matahari, dan sebagainya.
Sementara itu, menurut Sekretaris Eksekutif Palm Oil Agrbusiness Startegic Policy Institute (PASPI) Risnayanti Ulfa Aulia, SE, MSi bahwa kampanye negatif sawit sebelumnya terbatas pada aspek gizi dan kesehatan. Namun, saat ini kampanye tersebut sudah mulau menjangkau aspek strategis yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Menurutnya kampanye negatif terhadap industri minyak sawit sudah berlangsung lama, sejak Indonesia mulai mengembangkan pola perkebunan inti rakyat kelapa sawit di tahun 1980-an. Kekhawatiran produsen minyak kedelai yang kalah bersaing dengan minyak sawit menjadi pemicu intensifnya kampanye negatif pada masa itu. Kini, tema kampanye dan strategi yang digunakan pun makin berkembang.
“Strategi kampanye yang ditempuh makin terstruktur, sistematis dan masif, melibatkan LSM anti sawit trans-nasional dan lokal, dan secara intensif menggunakan media massa, baik nyata maupun maya,” jelasnya.