Ketua Umum DPP Sawitku Masa Depanku, Tolen Ketaren juga tak kalah geramnya. Dalam hitungannya, di Riau saja kerugian petani akibat permainan PKS menurunkan harga TBS itu mencapai Rp75 miliar sehari. “Itu baru di Riau, belum lagi di 21 provinsi penghasil sawit lainnya,” ujar Tolen.
Lantaran tak ada kaitannya stop ekspor CPO dengan data ekspor tadi, Gulat yang juga Ketua Bravo-5 Riau itu mengklaim kalau stop ekspor CPO itu cuma "modus" PKS-PKS untuk menghancurkan petani sawit. “Saya bicara fakta. Bro, petani sawit sekarang enggak bisa dibodohi lagi, sudah generasi kedua ini,” ujar Gulat.
Soal upaya Dirjenbun, petani kata Gulat bukan tidak menghargai. “Tapi mbok yang benar sajalah. Masak kebijakan Presiden hanya ditindaklanjuti oleh sekelas Dirjen? Jauh amat levelnya itu. Mestinya yang menindaklanjuti itu selevel Menteri Koordinator lah,” tegasnya.
Dan Gulat juga mengingatkan, kalau tak ada juga penjelasan dan tindakan tegas kepada PKS nakal, Gulat tak bisa meredam lagi amarah petani yang sudah tak sabar turun ke Jakarta.
“Kami juga berharap dengan hormat agar Satuan Tugas (SATGAS) Pangan Nasional, baik dari Mabes Polri, Kejaksaan Agung dan Satgas Pangan Provinsi kiranya berkenan menindak kecurangan-kecurangan yang terjadi di PKS-PKS. Sebab sudah jelas, penetapan harga TBS wajib berdasarkan Permentan 01/2018 dan Pergub Tataniaga TBS sebagai turunannya. Kalau melanggar, berarti pidana itu,” ujar Gulat.
Tolen juga berharap yang sama. Sebab apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini telah benar-benar menghantam ekonomi petani sawit. “Kita sudah disulitkan oleh pupuk yang mahal dan sederet persoalan lain. Janganlah ditambah dengan permainan kotor semacam ini,” pintanya.