Kedua, keadaan global 2022 juga dinamis karena ada masalah cukup signifikan di dunia, apakah itu perang Rusia-Ukraiana, juga kondisi supply chain komoditas sawit yang dinamis. Bukan saja terkait minyak nabati global tetapi juga untuk palm oil atau minyak sawit.
“Ketiga, isu bayang-bayang bahwa 2023 akan terjadi resesi. Seberapa jauh dampaknya terhadap Indonesia dan industri sawit akan kita lihat dari berbagai perspektif dan juga dari sisi para pembicara,” ujarnya.
“Kita juga bakal mendengarkan update kebijakan beberapa menteri terkait dengan industri sawit yang akan datang di IPOC. Ke depan seperti apa, kita perlu antisipasi itu semua supaya industri kelapa sawit Indonesia tetap berkinerja baik di tahun 2023,” pungkasnya.
Digelar 2-4 November
Pada kesempatan yang sama Mona Surya menjelaskan bahwa konferensi tahunan terbesar pelaku industri sawit ke-18 digelar pada tanggal 2-4 November 2022 di Bali International Convention Centre, The Westin Resort Nusa Dua.
“Minyak sawit adalah minyak nabati yang paling penting di dunia dan Indonesia sebagai pengekspor dan penghasil sawit terbesar dunia berperan besar dalam pasar global, 55% permintaan sawit global dipenuhi Indonesia,” tutur Mona.
Mona menyebutkan bahwa Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sudah memberikan konfirmasi untuk membuka resmi IPOC sekaligus memberikan sambutan pembuka. Selain itu juga ada Menkeu, Mentan, Mendag, dan Menteri BUMN, yang akan memberikan pernyataan terkait sawit.
“Seperti biasa akan hadir juga para pembicara internasional, para pemilik industry kelapa sawt, para pimpinan atau pun CEO industri sawit. Sebagai media para pelaku industri sawit memperluas jaringan bisnisnya secara internasional, IPOC akan dihadiri 1000 peserta dan 30 negara,” imbuh Mona Surya.