JAKARTA, GLOBALPLANET. - Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menyampaikan, jika dilihat dari penambahan utang baru Indonesia sekitar RP 900-1.000 triliun untuk 2020, atau 6,3 persen.
Dengan penambahan itu, kata Tauhid, nilai utang tersebut di tahun 2021 mendatang tidak akan jauh berbeda nominalnya sekitar 5,72 persen dari GDP.
“Intinya adalah, itu sangat besar sekali dalam katakanlah satu tahun terakhir dalam rangka penanganan Covid-19,” kata Tauhid dalam acara diskusi daring bertajuk "Refleksi Satu Tahun Kinerja Jokowi dan Maruf Amin", Minggu (18/10).
Tauhid mengatakan hingga akhir 2020 mendatang Indonesia akan terus menambah utangnya sekitar kurang lebih Rp 1.000 triliun.
Padahal, kapasitas penyerapan utang Indonesia baik utang dalam negeri atau utang luar negeri masih berada di angka sekitar Rp 190 hingga 200 triliun.
“Kalau yang dimaksud adalah utang secara keseluruhan. Itu juga bersumber dari SBN, jadi digabung entah yang SBN ataupun dari luar negeri,” katanya.
Utang yang cukup besar tersebut akan memberatkan beban ekonomi Indonesia. Hal ini, diprediksi Tauhid, tren sampai tahun 2024 masih akan terus menambah utang yang cukup besar sekitar 3 persen dari GDP.
“Menurut saya memang totally utang cukup relatif berat bagi kita,” pungkasnya sebagaiy dilansir dari RMOL.id.