PALEMBANG, GLOBALPLANET. - Kabid Pengolahan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Pemprov Sumsel Rudi Arpian mengatakan, baru-baru ini tanaman ini sedang naik daun dibeberapa daerah di Sumsel yakni Kota Pagaralam dan Lubuklinggau.
"Terlebih Gubernur Sumsel Herman Deru sudah mencanangkan penanaman porang sebagai tanaman sela di Kabupaten Banyuasin beberapa waktu lalu. Sehingga memicu semangat petani," ungkap Rudi, Senin (11/1/2021).
Sebagai informasi, Rudi menerangkan, luas perkebunan di Sumatera Selatan meliputi kelapa sawit 1,2 juta hektar, dan karet 1,3 juta hektar.
"Sebenarnya porang tidak perlu lahan yang luas dia jadi tanaman sela saja sudah bagus. Karena masa panen tanaman porang idealnya berumur 2 tahun, semakin lama semakin bagus. Karena kita tau harga karet terutama sangat fluktuatif," bebernya.
Porang sendiri sudah sangat berkembang di Pulau Jawa dan Bali, karena tanaman jenis umbi ini banyak tumbuh di wilayah tersebut dan perawatannya mudah.
Saat ini di Sumsel ada 10 kelompok petani yang terdata oleh Dinas Perkebunan menanam porang sebagai tanaman sela. Yang tersebar di Kabupaten/Kota di Sumsel yakni, Muara Enim, Banyuasin, Musi Banyuasin, Lubuklinggau, Pagaralam, OKU, Gelumbang, Lahat.
"Rata-rata mereka (petani) menanam 1.000 batang, 8.000 batang, 10.000 batang. Dan terbaru Lubuklinggau mendapat bantuan Kementerian Pertanian akhir Desember 2020 lalu, lahan seluas 1 hektar untuk ditanami porang," jelasnya.
Pengolahan umbi porang menjadi chip ataupun tepung dapat memberikan nilai tambah. Jika umbi porang dihargai sebesar Rp 4.000,00/kg, sekarang Rp 11.000 Kg maka chip porang dihargai sekitar Rp 27.000,00/kg sekarang 50.000/kg, dan harga tepung porang dapat mencapai Rp 250.000,00/kg sekarang Rp 450.000/kg, untuk bibit katak (bibit porang) Rp 160.000/kg sekarang Rp 300.000/kg.
"Petani kami anjurkan tanam ini, sisa-sisa tanaman serta bibitnya masih ada di sejumlah Kabupaten di Sumsel. Jika dilihat dari harganya ini cukup menjanjikan," tutupnya.
