JAKARTA, GLOBALPLANET. - Diketahui tandan kosong (tankos) sawit bukan sekadar limbah biasa. Dapat dimanfaatkan menjadi bahan biofuel dan bahan bakar boiler. Bahkan berpotensi menjadi bahan baku kertas.
Tiga dekade lalu, tandan kosong sawit dianggap limbah tidak berguna. Kala itu, limbah padat hasil pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) sawit ini memakai incinerator untuk membakarnya. Namun, pembakarantan kossawit dilarang pemerintah. Maka, pekebun mulai memanfaatkan tankos sebagai mulsa dan pupuk kompos. Darnoko dkk, Peneliti PPKS, dalam bulletin berjudul “Pembuatan Pupuk Organik Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit” menjelaskan bahwa tandan kosong kelapa sawit mengandung 45,95% selulosa, 22,84% hemiselulosa, 16,49% lignin, 1,23% abu, 0,53% nitrogen, dan 2,41% minyak.
Beragam kandungan inilah yang membuat istimewa limbah tankos sawit. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan riset tandan kosong kelapa sawit untuk mendapatkan biofuel di atas 60 persen sebagai bahan bakar kimia cair. Pemrosesannya menggunakan mekanisme termal katalitik .
“Proses katalis yang kami kembangkan menggunakan properti unik neutron untuk meningkatkan proses konversi dari limbah biomassa kelapa sawit menjadi biofuel yang bernilai tinggi,” ujar Indri Badria Adilina, peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Indri mengungkapkan, neutron membantunya memahami reaksi kimia secara lebih dalam. Katalis yang dikembangkan peneliti yang meraih gelar doktor dari Chiba University, Jepang ini berbasis material terbarukan dan ketersediaannya berlimpah di alam yakni lempung. “Kami telah mematenkan penggunaan lempung dalam pengolahan biofuel. Terdapat berbagai jenis lempung di Indonesia dan yang kami gunakan adalah bentonit,” ujar Indri yang pernah meraih Fellowship LOreal – UNESCO for Women In Science pada tahun 2013 lalu.
Dirinya menjelaskan, bentonit selama ini digunakan sebagai absorban dalam proses penjernihan minyak goreng. “Belum ada yang memanfaatkannya sebagai katalis. Pada hal bentonit berperan penting dalam reaksi kimia untuk mengubah molekul-molekul berat pada minyak sawit menjadi molekul ringan hidro karbon yang menyusun komponen pembuatan bahan bakar seperti bensin dan solar,” ujar Indri. Penggunaan lempung untuk pengolahan biofuel ini telah dipatenkan oleh Indri.
Dalam proses risetnya, Indri mendapatkan akses untuk melakukan penelitian di fasilitas milik ISIS Neutron and Muon Source, Science and Technology Facilities Council, di Didcot, Oxfordshire, Inggris melaluis kema Newton Fund. “Mayoritas sumber neutron ini ada di Eropa, di Asia belum tersedia. BATAN sebetulnya memiliki fasilitas ini namun energinya kecil sehingga tidak bisa digunakan dalam penelitian ini,” ujar Indri.
Penelitian Indri ini juga merupakan peningkatan dari proses penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Pusat Penelitian Kimia. “Biomassa memiliki kandungan oksigen tinggi yang tidak bisa langsung digunakan sebagai bahan bakar. Kadar oksigen tinggi tersebut kami turunkan dengan katalis dari bentonit sehingga dihasilkan biofuel berkadar oksigen rendah yang dapat digunakan sebagai bahan bakar seperti bensin dan solar,” terang Indri.
Bersama peneliti dari Universitas Indonesia, penelitian Indri ini menjadi pionir di Indonesia bahkan regional Asia Tenggara yang kemudian diganjar dengan penghargaan ISIS Impact Award for 2019 in the Economic Category dari Science and Technology Facilities Council, United Kingdom Research and Innovation. “Penghargaan ini adalah upaya meningkatkan kemampuan peneliti Indonesia tentang penggunaan neutron,” ujar Indri.
Peneliti yang bergabung di LIPI sejak tahun 2005 ini berharap agar penelitiannya tidak sekadar berada di laboratorium. “Saya berhara pada uji coba skala besar untuk mencapai zero waste limbah kelapa sawit serta keberlanjutan yang nyata di masyarakat,” tutup Indri dilansir dari Sawit Indonesia, Jumat (29/1/2021).