JAKARTA, GLOBALPLANET - Harga kontrak berjangka CPO di bursa derivatif Malaysia pada Jumat (13/3/2020) berada di posisi 2.284 ringgit per ton, atau terpangkas 167 ringgit per tonnya, setara dengan koreksi sebesar 6,81% per ton dikutip dari CNBC.
Harga penutupan minyak sawit tersebut merupakan level terendah setidaknya sejak Oktober tahun lalu. Meski sempat berupaya menguat pada Rabu, tetapi aksi jual cenderung menekan pergerakan harga CPO hingga penutupan Jumat.
Koreksi harga terjadi di tengah kian meluasnya wabah corona yang memicu kekhawatiran bahwa permintaan produk CPO dan turunannya akan berkurang drastis karena perlambatan ekonomi.
Pada Rabu (11/3/2020), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi. WHO mengimbau semua negara meningkatkan kewaspadaan dan mengambil segala langkah yang mampu untuk menekan penyebaran virus ini.
“Pasar khawatir dengan adanya pandemi bakal menekan konsumsi minyak sawit dan membuat harga minyak mentah jadi anjlok” kata Oscar Tjakra, analis senior di Rabobank, sebagaimana dikutip nasionalisme dari Reuters.
Kekhawatiran tersebut memperberat harga sawit, hingga mengalahkan sentimen positif Ramadhan yang biasanya menerpa pada satu-dua bulan jelang Bulan Puasa tersebut. Stok CPO Februari dilaporkan sempat berkurang-yang bisa menjadi katalis positif bagi harga-jelang Ramadan yang akan jatuh pada pertengahan April, atau sebulan ke depan.
Di sisi lain, harga minyak mentah dunia yang anjlok dengan skala terburuk sejak tahun 1991 ke US$ 33 per barel, sehingga outlook permintaan biodisel kian pudar. Biodisel merupakan energi alternatif untuk solar, sehingga koreksi harga minyak turut menekan prospek permintaan CPO untuk energi tersebut.