loader

Lebih Aman, RI Kembangkan Bioavtur dari Kelapa, Jepang Siapkan Pabrik di Sumsel

Foto
Aktivitas pabrik pengolahan sabut kelapa. (Foto: Ist/Pemkab Banyuasin)

GLOBALPLANET - Indonesia memiliki prospek cerah transisi energi hijau. Dalam peta jalan hilirisasi di Industri kelapa dalam rencana pembangunan jangan panjang nasional 2025-2045, pemerintah menargetkan menjadikan kelapa sebagai bahan bakar pesawat atau bioavtur.

Hilirisasi kelapa menjadi bioavtur ini memiliki prospek lebih baik, karena itu mendapatkan dukungan dari Jepang. Negeri Sakura ini telah memiliki teknologi untuk mengolah kelapa menjadi bioavtur.

Bahkan informasinya, saat ini sudah berjalan rencana pembangunan pabrik bioavtur dari kelapa di Sumatera Selatan, tepatnya di Kabupaten Banyuasin.

“Inisiatornya Indonesia Japan Business Network (IJBNet) yang sudah dapat mitra dari Jepang yang memproduksi Bioavtur. IJBNet saat ini sedang mempersiapkan pembangunan pabrik crude coconut oil (CNO) di Banyuasin, Sumatera Selatan,” kata Staf Ahli Menteri PPN Bidang Pembangunan Sektor Unggulan dan Infrastruktur Leonardo A. A. Teguh Sambodo dilansir banyak media, salah satunya dikutip dari katadata, Sabtu (28/9/2024). 

Pengembangan bioavtur dipilih sebagai salah satu diversifikasi produk hilirisasi karena kelapa telah mendapatkan persetujuan atau sertifikasi dari lembaga internasional. Kelapa dinilai lebih aman dari sawit.

“Kelapa ini bisa digunakan dan aman. Ini menjadi salah satu keunggulan dibandingkan kelapa sawit yang belum mendapatkan sertifikasi. Jadi hal ini perlu untuk dimanfaatkan,” katanya.

Pabrik CNO ini nantinya akan mengolah kelapa-kelapa yang tidak memenuhi standar pangan. “Kelapa-kelapa kualitas akhir yang selama ini dibuang bisa dimanfaatkan,” ucapnya. 

Masih dari sumber yang sama, hilirisasi kelapa didorong hadirnya Undang-Undang Nomor 59 Tahun 2024 tentang rencana pembangunan jangka panjang nasional 2025-2045. Indonesia akan menjadikan hilirisasi sebagai motor penggerak industri pengolahan yang bahan bakunya disediakan dari dalam negeri.

"Kelapa dipilih karena sebelum 2020 Indonesia menjadi penghasil kelapa terbesar di dunia secara volume dan hasil. Namun sejak pandemi ternyata kita disalip Filipina,” kata Teguh. 

Luasan lahan kelapa Filipina saat ini menjadi yang terbesar di dunia, mencapai 3,7 juta hektare (ha). Sementara Indonesia hanya mencapai 3,3 juta ha. Tidak hanya produksi dan volume, Indonesia juga kalah dari Filipina dari segi pengekspor kelapa dan turunannya.

Kondisi ini menjadi pengingat bagi pemerintah bahwa kinerja Indonesia di sektor kelapa sudah dilampaui oleh Filipina. Karena itu, menurutnya, perlu konsolidasi dari pemerintah untuk menghadapi tantangan di sektor kelapa.

 

 

Sumber: katadata.co.id

Share

Ads