loader

Kepatuhan dan Gerak Cepat Bali Menghadapi Wabah Corona

Foto

SEJAK - Selama hampir 2 bulan ini terdapat 14.032 kasus positif corona dengan jumlah pasien sembuh mencapai 2.698 orang dan 973 orang meninggal dunia sampai dengan posisi tanggal 10 Mei 2020 pukul 15.45 wib. Data corona di republik ini masih fluktuatif dari hari ke hari susah ditebak. Terkadang terjadi penurunan yang terinfeksi, terkadang terjadi lonjakan. Demikian pula beragam polemik yang dihadapi di masyarakat terus terjadi. Mulai dari yang patuh, menyadari pentingnya melakukan kegiatan menjaga jarak sosial atau social distancing untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona, hingga yang tidak peduli dan menganggap tidak ada terjadi wabah sama sekali.

Pelik memang menghadapi masyarakat dengan beragam pemikiran masing-masing. Beragam upaya dilakukan hingga pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah. Namun masih banyak saja pendapat masyarakat yang meminta pemerintah melakukan lockdown, yaitu menutup wilayah Indonesia dari akses keluar masuk sepenuhnya. Dengan diberlakukannya lockdown, masyarakat tidak dapat lagi keluar rumah dan berkumpul, sementara semua transportasi dan kegiatan perkantoran, sekolah maupun ibadah akan dinonaktifkan.

Ada lagi sebagian masyarakat menuntun pemerintah untuk belajar dari Vietnam dalam menghadapi covid-19. Sejak 23 Januari 2020 lalu, sampai dengan 21 April 2020, terdapat 268 orang terinfeksi covid-19, sementara 140 orang sembuh dan nihil kematian. Vietnam termasuk salah satu negara yang berhasil mengatasi pandemi SARS pada 2003. Pengalaman berharga itu kemudian digunakan untuk menekan penyebaran virus corona kali ini. Vietnam melakukan beberapa upaya dalam menghadapi pandemik corona yaitu:

1. Penyaringan dan pengecekan suhu tubuh

2. Lockdown yang ditargetkan

3. Komunikasi yang konstan antara Pemerintah dan masyarakat

 

Penanganan Corona Bali Terbaik di Indonesia

Sepertinya kita tak perlu jauh-jauh belajar sampai ke negara Vietnam dan negara-negara lainnya yang telah berhasil menekan penyebaran virus corona. Sebagai masukan boleh-boleh saja, namun perlu disadari bahwa kondisi negara kita sungguh berbeda dengan negara lain, sehingga penanganannya pun tentu berbeda pula. Yang penting tujuannya sama yaitu menekan dan menghapus covid-19. Bagaimana hal itu bisa dilakukan? Ya, tentu saja dengan memutus mata rantai penyebarannya. Ternyata, Bali merupakan provinsi terbaik dalam penanganan virus ini. Bali mendapat pujian dari Presiden RI yang disampaikan dalam rapat kabinet pada Sabtu, 9 Mei 2020.

Gubernur Bali, I Wayan Koster mengatakan bahwa posisi Bali terkait penanganan COVID-19, 65 persen pasien positif sudah sembuh dan merupakan persentase tertinggi di Indonesia, tertinggi secara nasional. Dalam persentase nasional saja 16 persen yang dicatatkan sembuh, bahkan di seluruh dunia total angka persentase kesembuhannya 33 persen.

Koster menegaskan bahwa sudah dilakukan evaluasi dan sudah pula dihitung di pusat, Bali diharapkan menjadi provinsi pertama yang bebas COVID-19. Mudah-mudahan tidak ada penambahan lagi pasien yang meninggal. Kemajuan yang dicapai sebenarnya sudah luar biasa, namun kita tetap harus disiplin. Kita ingin mempercepat penanganan COVID-19 ini, karena itu semua lini diperketat.

Pemerintah Provinsi Bali mengklaim mampu mengendalikan penyebaran virus corona atau Covid-19 meski tanpa Pembatasan Sosial Skala Besar ( PSBB). Ketua Tim Lab Pemeriksaan Kasus Covid-19 Bali Ni Nyoman Sri Budayanti mengatakan salah satu kunci Bali mengendalikan penyebaran virus ini yakni pemeriksaan atau tes sampel secara cepat dan kekompakan Tim Kerja Satgas Covid-19. 

Budayanti melanjutkan, untuk mengatasai Covid-19 maka perlu menerapkan 3T yakni test, treat, dan tracing. Jadi fungsi laboratorium pemeriksaan yakni untuk menentukan virus ini ada di mana agar bisa segera diobati dan dilakukan penelusuran kontak.

Dengan tes lebih cepat maka bisa diketahui mana yang positif dan tidak. Sehingga bisa lebih cepat memisahkan mana yang sakit dan tidak. Kemudian lebih cepat juga dilakukan pelacakan kontak pasien yang sakit tersebut sehingga bisa mencegah penyebaran. Lalu dengan tes yang cepat, pasien juga lebih cepat mendapat pengobatan. Sehingga kondisi pasien tidak sampai ke tingkat lebih berat.

Budayanti mengatakan saat ini timnya terus bekerja keras agar hasil tes bisa keluar dalam waktu 24 jam. Untuk petugas laboratoriumnya tak hanya berasal dari RSUP Sanglah. Namun dari berbagai rumah sakit dan universitas yang ada dan diberdayakan untuk mengetes sampel.

Untuk Lab Pemeriksaan Bali, pihaknya menggunakan skala prioritas. Yang jadi prioritas yakni pasien bergejala atau PDP, tenaga medis, kemuduan orang dalam pemantauan (PDP), baru orang tanpa gejala. Lab Pemeriksaan Bali ini mulai mengerjakan spesimen Covid-19 pada 26 Maret 2020. Total hingga 8 Mei 2020, pihaknya telah mengerjakan spesimen sebanyak 4.722. Sebelumnya pihaknya rata-rata per hari mampu mengerjakan 104 spesimen. Namun dalam 10 hari terakhir hampir mengerjakan 200 sampel per hari. Hal ini setelah Bali memutuskan semua pekerja migran Indonesia yang baru tiba dari luar negeri dilakukan tes swab.

Selain kecepatan pemeriksaan, strategi berikutnya adalah kerja tim di Satgas Covid-19 Bali juga sangat kompak dengan kolaborasi yang baik dan komunikasi yang cepat. Satgas di Bali kerja kompak dan serius, untuk PMI misalnya meski datang tengah malam, tetap bekerja.

Ada 3 indikator yang dijadikan Koster untuk menilai Bali mampu mengendalikan wabah ini yaitu:

1. Rata-rata penambahan positif Covid-19 per hari di Bali sebanyak 7 orang. Jumlah ini lebih rendah daripada DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Banten. Dari data juga menunjukkan pasien positif Covid-19 di Bali sebagian besar dari luar negeri yakni 54 persen. Sedangkan kasus di provinsi lain, pasien positif sebagian besar merupakan transmisi lokal.

2. Persentase kesembuhan pasien positif Bali mencapai sekitar 58.67 persen yang paling tinggi di Indonesia. Bahkan jauh diatas rata-rata nasional (16.86 persen) dan Global/Dunia (32.10 persen).

3. Persentase pasien positif Covid-19 yang meninggal di Bali hanya 1,48 persen atau jauh di bawah rata-rata Nasional (7.46 persen) dan Global/Dunia (7.04 persen).

Statistik di atas merupakan data yang diambil per 4 Mei 2020. Saat itu jumlah kumulatif pasien positif Covid-19 di Bali 274. Dari jumlah itu yang sembuh sebanyak 159, meninggal 4, dan dirawat 108. Sementara untuk data per 8 Mei 2020, jumlah kumulatif pasien positif Covid-19 300 orang. Kemudian yang sembuh 195 orang, meminggal 4, dan dirawat 101.

Memerangi Corona dengan Kepatuhan, Kesabaran dan Gerak Cepat

Berkaca dari penanganan negara Vietnam dan provinsi Bali dalam menghadapi wabah covid-19, ada 3 hal penting yang harus diterapkan di semua wilayah yaitu:

Kepatuhan

Disiplin dan Patuh merupakan kata kunci dari keberhasilan meredam virus corona. Seperti kita ketahui bahwa Bali memiliki masyarakat yang relijius, sama seperti daerah-daerah lain. Namun, kepatuhan masyarakatnya telah teruji sepanjang tahun. Lihat lah saat Hari Raya Nyepi, tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, kecuali rumah sakit.

Masyarakat mulai dari anak-anak hingga dewasa tak terkecuali turis asing tidak diperbolehkan melakukan aktivitas di luar rumah. Lingkungan tampak sepi, seperti kota mati, tidak ada lampu yang menyala, semua orang diam di rumah mereka. Nah, jika sifat patuh ini tidak dimiliki oleh masyarakat kita, jangan harap negeri ini bisa terlepas dari wabah ini.

Selama belum ditemukannya antivirus untuk mematikan covid-19 jangan berharap banyak jika tidak melakukan social distancing. Hanya akan ada gelombang kedua, ketiga dari penyebaran virus ini atau seperti teori balon, ditekan di satu daerah, tetapi di daerah lain angka terinfeksinya meningkat. Larangan-larangan beraktivitas diluar rumah, mudik, mencuci tangan, memakai masker memang harus dipatuhi dan tidak dilanggar. Demi untuk kebaikan bersama.

Kesabaran

Semua orang pasti lah tidak sabar menjalani aktivitas sehari-harinya di dalam rumah. Apalagi sudah 2 bulan tidak bekerja, bersekolah seperti keadaan normal. Namun ini semua harus dijalani. Bukan cuma DKI Jakarta, tetapi Ambon juga. Bukan cuma Indonesia, Arab Saudi pun juga. Bukan cuma mesjid, gereja dan rumah ibadah lainnya di Indonesia yang ditutup, tetapi Masjidil Haram, semua Gereja Katolik Roma ditutup. Kita tidak sendiri. Kita di seluruh penjuru bumi ini sedang diuji kesabarannya, untuk bersama-sama membendung, menghadang penyebaran virus corona ini. 

Gerak Cepat

Seperti halnya Bali dan Vietnam, dibutuhkan gerak cepat dari seluruh komponen masyarakat dalam menghadapi covid-19. Masyarakat harus jujur mengungkapkan gejala-gejala yang dialaminya, riwayat perjalanannya dan Satuan Tugas Covid-19 juga dengan sigap, kompak dan komunikasi yang cepat mengatasi semua permasalahan yang timbul. Semua komponen masyarakat harus bersatu padu, tidak bisa saling menyalahkan.

 

PenulisM. Dani Iskandar, Statistisi BPS Sumut

Share

Ads