loader

Cegah Karhutla, Sumsel Siapkan Kurikulum Tentang Gambut bagi Siswa Sekolah Dasar

Foto

PALEMBANG, GLOBALPLANET - Ketua Forum Koordinasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Sumatera Selatan Syafrul Yunardi, mengatakan saat ini pihaknya bekerjasama lembaga The International Centre For Research In Agroforestry (ICRAF), dan pemerintah Banyuasin, sedang merancang kurikulum untuk materi muatan lokal pendidikan lingkungan yang membahas tentang gambut dan daerah aliran sungai. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang lingkungan sejak dini. 

“Rencananya, materi ini akan diajarkan untuk siswa kelas IV sampaiVI sekolah dasar di Kabupaten Banyuasin,” kata Syafrul Kamis (23/9/21).

Selain di Banyuasin,muatan lokal tentang lingkungan utamanya gambut juga akan disampaikan kepadasiswa yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir. 

Kedua daerah ini dipilih karena merupakan daerah yang memiliki lahan gambut terluas di Sumsel namun menjadi daerah yang juga rentan terkena bencana kebakaran lahan setiap tahunnya. 

Tim Restorasi Gambut Sumatera Selatan mencatat luas lahan gambut di Sumsel mencapai 1,2 juta hektar, sebagian besar kondisinya sudah kritis dan berisiko mengalami kebakaran lahan.

 “Jika lahan gambut yang tersisatidak dijaga tentu akan meningkatkan risiko terjadinya bencana,” ujarnya.

Begitupun dengan Daerah Aliran Sungai di Sumsel yang juga kritis karena masifnya deforestasi sehingga bencana banjir dan tanah longsor kerap terjadi di Sumsel.

“Harapannya ketika anak-anak sudah mengenal gambut maka pemahaman untuk menjaganya semakin besar dan terbawa sampai mereka dewasa,” kata Syafrul. 

Dalam kurikulum yang akan dirancang, siswa akan dikenalkan apa itu gambut dan daerah aliran sungai, bagaimana cara merawatnya, dan dampaknya yang ditimbulkan ketika gambut tidak terjaga. Untuk itu, ujar Syafrul, pihaknya telah menggandeng ICRAF yang memiliki banyak hasil riset tentang lingkungan termasuk gambut. “Kekayaan inilah yang akan menjadi bahan ajar bagi siswa nantinya,” ucapnya.

Proses penyusunan kurikulum, lanjut Syafrul membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Mulai dari pembuatan bahan ajar, alat peraga, dan materi yang akan diajarkan di setiap tingkatan. 

“Materi tersebut akan disampaikan kepada guru secara berkesinambungan bahkan sampai tingkat Sekolah Menengah Atas agar guru dapat menyalurkan pengetahuan tersebut kepada siswa dengan optimal,” ucapnya.

Direktur ICRAF Indonesia Sonya Dewi berpendapat pengenalan gambut sejak dini dinilai penting agar siswa juga memiliki kesadaran untuk menjaga gambut yang ada di sekitarnya. Gambut memiliki karakteristik kaya akan air. Jika, lahan tersebut dibiarkan kering maka risiko terbakar pun sangat besar. 

Apalagi Sumatera Selatan termasuk daerah yang memiliki lahan gambut yang cukup luas. Karena itu, ujar Sonya dirinya sangat mengapresiasi langkah pemerintah Sumsel ini dandiharapkan dapat ditularkan kepada daerah lain yang juga memiliki lahan gambut. 

Jika program ini dapat berjalan baik diharapkan potensi kebakaran lahan di Sumsel bisa ditekan.

KepalaDinas Pendidikan Sumatera Selatan Riza Pahlevi menuturkan pihaknya akan mendukung program ini karena memang invenstasi terpenting dalam pelestarian lingkungan adalah manusianya itu sendiri.

 Dia berharap guru dapat mengikuti program inidan bisa berpikir lebih kreatif guna mencari cara bagaimana materi ajar tentanglingkungan ini dapat diserap dengan optimal oleh siswa. 

Share

Ads