PALEMBANG, GLOBALPLANET - CEO Kulaku Mustofa Patapa mengatakan, awal mula pengembangan produk tersebut saat kegundahannya melihat komoditas kelapa di Kabupaten Banyuasin yang hanya dijual dalam bentuk kopra dan bulat.
"Karena saya anak petani kelapa maka saya merasa ada potensi besar jika kelapa-kelapa ini dikembangkan dengan modernisasi, jadi tidak selamanya dijual bentuk itu-itu saja," ungkap Mustofa, Jumat (13/11/2020).
Pria asli Bugis ini kemudian mengajak tujuh rekannya sesama lulusan Universitas Sriwijaya untuk mengembangkan kelapa di sekitar rumahnya menjadi santan dan VCO (minyak kelapa) karena saat itu permintaannya terbilang tinggi, terutama untuk restoran dan rumah makan.
Selanjutnya ia menambah jumlah timnya menjadi 30 orang untuk menghasilkan produk-produk lainnya seperti sirup, nata de coco, arang, dan asap cair dengan serapan kelapa mencapai 1.000 butir perhari.
"Saat ini sebagian produk diolah di Banyuasin dan sebagian lainnya di Palembang, 2021 nanti kami ingin satukan pengolahan produk di Banyuasin jika sudah mendapat izin ekspor dan scale up menjadi industri," jelasnya.
Untuk produk turunan kelapa, menurutnya persaingan pasar ekspor cukup sengit dengan saingan terberat Thailand dan Filipina di kawasan Asia Tenggara.
Saat ini UKM Kulaku sudah bermitra dengan berbagai perusahaan dan instansi seperti Bank Indonesia, Unsri dan IPB untuk pengembangan kelapa, ia sendiri bertekad menciptakan ekosistem pengolahan kelapa yang lebih komprehensif dengan melibatkan para pemangku kepentingan.
Oleh karena itu UKM-nya juga memberikan beasiswa kepada anak-anak petani kelapa di Kabupaten Banyuasin untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan mampu mengembangkan industri kelapa berkelanjutan di masa depan.
"Sumsel sebagai penghasil kelapa terbesar kedua di Sumatera harus mulai mendapatkan nilai tambah dari pengolahan kelapa," katanya.
Tak hanya pasar nasional, Kulaku yang baru saja menerima UKM Award 2020 dari Kementrian Koperasi dan UKM itu menargetkan pemasaran ke pasar ekspor pada 2021.
"Kami memiliki distributor di beberapa kota di Indonesia karena permintaan cukup tinggi, selain itu kami sudah kirimkan sampel ke Vietnam, Brazil, Singapura dan Malaysia untuk membuka ekspor," ujarnya.
Sekarang usahanya mampu menyerap 30.000 butir kelapa perbulan untuk diubah menjadi varian produk-produk olahan kelapa
minyak kelapa (VCO), sirup, santan, arang, asap cair, dan nata de coco dengan kapasitas produksi mencapai dua ton perbulan.
"Keenam produk kelapa ini dijual kisaran Rp18.000 hingga Rp65.000 dengan sistem kemitraan maupun langsung ke pembeli, " pungkasnya.