JAKARTA, GLOBALPLANET - Hal ini diungkapkan Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), Eddy Abdurrahman pada kegiatan Digital Talk Show (Digitalk) Kamis (4/6/2020).
Di tengah pandemi, inisasi untuk mengedukasi generasi milenial terus digulirkan BPDP-KS dengan semangat kampanye positif industri kelapa sawit. Saat ini, opini-opini yang dihasilkan generasi milenial di tengah fenomena disrupsi teknologi telah bergeser menjadi lebih netral.
Pemimpin Redaksi Warta Ekonomi, Muhammad Ihsan menyebutkan bahwa telah terjadi blue ocean atau kelompok orang-orang yang memiliki opini bersifat netral di media sosial mainstream seperti Facebook, Twitter, Instagram dan Youtube terkait komoditas sawit.
“Dalam satu tahun terakhir, pengguna sosial media menunjukkan sentimen positif sebesar 5% sementara sentimen negatif hanya 0,1% dan selebihnya masih bersifat netral,” ujar Muhammad Ihsan.
Menariknya, generasi milenial telah bersuara dan turut mengakui pentingnya komoditas sawit bagi Indonesia di media sosial. Rasa nasionalisme timbul untuk membela komoditas sawit yang menjadi ladang mata pencaharian bagi 12 juta tenaga kerja tidak langsung dan 5,5 juta tenaga kerja langsung di Indonesia.
Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Tofan Mahdi menyetujui hal tersebut. “Betul bahwa telah terjadi pergeseran opini di masyarakat Indonesia, kalau sepuluh tahun yang lalu masih belum begini,” ujarnya.
Menurut Tofan Mahdi, isu-isu yang menyerang kelapa sawit sulit berakhir dikarenakan industri kelapa sawit menjadi primadona minyak nabati dunia. Dijelaskan bahwa saat ini, komoditas sawit merupakan minyak nabati yang paling banyak digunakan di pasar global.
“Bukan hanya karena persaingan harga, terbukti komoditas sawit memiliki produktivitas yang lebih baik daripada minyak nabati lainnya,” tutur Tofan Mahdi.
Setidaknya 50% produk-produk yang ada di supermarket mengandung produk turunan kelapa sawit. Sementara itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian Amerika Serikat (USDA), komoditas sawit memiliki tingkat produktivitas yang mencapai 8-10 kali lebih tinggi daripada minyak nabati lainnya.
Produktivitas ini masih bisa ditingkatkan melalui riset-riset dan inovasi yang dilakukan melalui proses digitalisasi. Tidak hanya itu, edukasi tentang sawit juga perlu disokong dengan bantuan teknologi seperti sosial media. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya sawit ini dihasilkan dari disrupsi teknologi yang hadir menyajikan informasi-informasi terkini terkait industri seperti manfaat sawit bagi kesehatan juga perekonomian negara, sehingga masyarakat menyadari bahwa sawit merupakan primadona bagi Indonesia dengan basis data yang telah terbukti.
Peserta Digitalk yang dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswa nampak antusias dengan diskusi yang disajikan oleh BPDP-KS. Salah satunya Rian Syahputra, seorang mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang akhirnya tertarik untuk turut berpartisipasi mengedukasi masyarakat umum terkait pentingnya sawit.