JAKARTA, GLOBALPLANET - Tantangan baru bagi pelaku usaha perkebunan sawit, dari sebelumnya berkutat dengan pembukaan lahan baru dan kampanye negatif, menjadi peningkatan produktivitas, efisiensi industri, dan diversifikasi produk hilir.
Ekonom senior Indef, Bustanul Arifin, mengatakan peningkatan produktivitas tanaman dan diversifikasi produk hilir harus dilakukan, menyusul semakin terbatasnya penambahan lahan. Pemerintah juga diperkirakan akan memperpanjang kebijakan moratorium lahan sawit baru.
“Tantangan industri sawit saat ini berubah bukan hanya untuk pangan, tetapi juga untuk ragam biofuel,” jelas Bustanul Arifin, yang merupakan juga Anggota Tim Asistensi Menko Perekonomian, Jumat (11/2/2022).
Bustanul menjelaskan, potensi permintaan produk derivatif CPO terus menunjukkan peningkatan. Kebijakan pemerintah membatasi ekspor CPO dalam bentuk bahan mentah juga perlu direspons dengan meningkatkan produk hilir, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor produk jadi.
“Diversifikasi produk hilir tidak hanya menambah pangsa pasar produk sawit di masyarakat, tetapi juga meningkatkan nilai tambah produk sawit. Perubahan ini pada akhirnya bisa menambah lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Bustanul.
Selain sebagai bahan pangan dan industri kosmetik, kebijakan pemerintah meningkatkan produksi dan penggunaan Biofuel B-30 ikut memperluas permintaan terhadap CPO di dalam negeri. Indonesia juga mengembangkan bioavtur dari CPO dan hasil uji terbang pesawat CN-235 dengan bioavtur juga positif.
Sementara itu, semakin membaiknya penerimaan masyarakat terhadap produk sawit, tidak terlepas dari upaya perusahaan perkebunan. Saat ini perusahaan sudah mulai konsisten menerapkan sistem budidaya yang memperhatikan keseimbangan lingkungan.