Lalu di Sudan Tengah yang beretnis Arab keturunan Afrika dan Afrika asli. Dua-duanya etnis yang menganut agama Islam, hanya saja rezim keturunan arab lebih mengutamakan golongannya dan memarginalkan yang lain. Akibatnya, terjadilah konflik. Indonesia harus bersyukur karena punya Pancasila yang menyatukan rakyat.
“Saya merasa misi LDII sangat mulia karena kita memiliki tujuan yang sama. Bagi TNI, NKRI harus dipertahankan. Soal kita kembali kepada Allah, sesuai dengan akidah dan keyakinan masing-masing. Kalau kita berbuat baik sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing,” ujarnya.
Terkait ketahanan pangan, Mayjen TNI Karmin Suharna menjelaskan TNI AD, sesuai dengan arahan Presiden Jokowi, telah mengantisipasi ketahanan pangan dengan penyediaan lahan, yaitu penyediaan lahan 7.000 hektar untuk jagung dan 1.000 hektar untuk padi.
“Saya akan mapping di beberapa wilayah yang mungkin ada jaringan LDII, akan kita hubungkan dengan Pangdam, Danrem, Dandim, sampai ke tingkat Babinsa. Apa saja bisa kita kerjasamakan terkait ketahanan pangan,” ujarnya.
Terkait bela negara, TNI AD siap memberikan asistensi sesuai kebutuhan. Namun Mayjen TNI Karmin Suharna menegaskan, doktrin itu merupakan tanggung jawab bersama untuk keutuhan negara, bukan hanya TNI. “TNI siap memberikan apa saja agar NKRI bisa tetap eksis. Saya sangat berterimakasih dengan LDII. Melihat dari program dan visi misi, LDII sangat berkesinambungan dengan TNI AD. Terutama soal ketahanan pangan dan bela negara. Nota kesepahaman ke depan, saya meyakini bisa ditindaklanjuti dan akan lebih luas kerjasamanya,” ujarnya.
Menanggapi antusiasnya Mayjen TNI Karmin Suharna, KH. Chriswanto Santoso menyampaikan bahwa LDII sangat berkepentingan meletakan bidang Kebangsaan sebagai prioritas utama. “Kebangsaan menjadi yang utama karena kami lahir, besar, hidup, dan mati di Indonesia. Goncangnya Indonesia akan menjadi goncang kami. Ibarat sebuah kapal besar, jika Indonesia goncang, kami akan mabuk, toh kami akan kesulitan untuk beribadah dan berdakwah,” ujarnya.
DPP LDII menyadari, pendidikan wawasan kebangsaan tidak cukup dengan kurukulum. Santri-santri di ponpes-ponpes binaan LDII silih berganti tiap tahun. Pendidikan wawasan kebangsan dan bela negara tidak boleh berhenti dan harus terus menerus.
“Itulah alasan kami ingin membangun kembali kegiatan bela negara. Sejatinya untuk memperkuat 8 bidang prioritas pengabdian LDII, salah satunya kebangsaan. Dulu kami memulai kegiatan bela negara di Markas Kopassus Cijantung yang diinisiasi Komandan Kopasus, Mayjen Herindra, lalu dengan Kodam Siliwangi, Kodam Diponegoro, Kodam Brawijaya, dan Kodam Hasanudin. Kegiatan ini terus dilakukan untuk mengingatkan santri jika kita bangsa Indoneisa, lahir di Indonesia, dan hidup di Indonesia,” ujarnya.
Menurut KH. Chriswanto Santoso, apa artinya LDII, jika tidak mengkolaborasikan seluruh kegiatan pengabdiannya dengan potensi-potensi lainnya di Indonesia. Ia menginginkan, baik itu LDII maupun pihak lain, bisa hidup dengan bersanding bukan bersaing. Harapannya negara Indonesia bisa menjadi negara maju.