JAKARTA, GLOBALPLANET - Dalam tiga bulan terakhir peternak rakyat mengalami kerugian karena harga live bird atau ayam potong di pasaran lebih rendah dari Harga Pokok Produksi (HPP). Rendahnya harga ayam potong ini terjadi di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
“Rendahnya harga ayam potong di tingkat konsumen mengakibatkan peternak ayam UMKM gulung tikar, karena biaya yang diperlukan untuk produksi lebih tinggi dibanding harga pasar. Pemerintah perlu kembali turun tangan,” ujar Ketua Umum DPP Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) Singgih Januratmoko dalam pernyataan tertulis diterima globalplanet.news, Rabu (19/10/2022).
Ia menyebutkan harga ayam hidup di Jawa Timur Rp13.500 per kg. Sementara Jawa Tengah Rp14.500 per kg, Jawa Barat Rp15.500 dan Banten serta Jabodetabek Rp15.000 per kg, “Penyebabnya karena over supply produksi bibit ayam atau DOC," ungkap Singgih.
Menurutnya, berdasarkan pengamatan PINSAR, kebutuhan dan produksi DOC per minggu pada bukan Oktober mencapai 69.966.236 ekor. Sementara kebutuhan mingguannya hanya 50 juta sampai 55 juta ekor. “Kami meminta pemerintah turun tangan mengendalikan dan menjaga kestabilan supply demand,” tegas Singgih.
PINSAR, menurut Singgih mengajukan usulan pembatasan impor Grand Parent Stock (GPS) broiler pada tahun 2023, agar tidak lebih dari 650.000 ekor, “Kebijakan ini sudah dilaksanakan pada 2022, persentase penetapan kuota Impor GPS broiler disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing perusahaan pembibit. Serta pembagiannya merata tidak didominasi hanya oleh dua perusahaan yang mengusai 65 persen kuota impor GPS,” tuturnya.