KEBUN SAWIT MERUPAKAN BENTUK RESTORASI EKOSISTEM
PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KALIMANTAN
Bagi masyarakat di pulau Kalimantan atau yang pernah tinggal dan mengunjunginya sebelum tahun 2000, pasti dapat merasakan kondisi menyedihkan saat itu. Kondisi di mana ekonomi masyarakat sedang kelam akibat pembalakan hutan (logging).
Secara tidak langsung deforestasi mengubah fungsi hutan yang semula untuk melestarikan ekosistem berubah menjadi kepentingan manusia. Jutaan ton kayu bulat hampir setiap tahun keluar dari Pulau Kalimantan, baik untuk kepentingan ekspor maupun dikirim ke Pulau Jawa.
Kegiatan pembalakan hutan yang tidak terkontrol tersebut menghabiskan 18.5 juta hektar hutan dan melahirkan raja-raja kayu sebelum tahun 2000. Aktivitas ini terus berjalan hingga setelah tahun 2000 sekalipun tidak seintensif sebelumnya. Hingga pada akhirnya tahun 2013 luas daerah konversi eks HPH menjadi area non hutan sudah mencapai 27 juta hektar.
Berikut adalah perjalanan perkebunan kelapa sawit di Pulau Kalimantan, antara lain:
PADA MASA ORDE BARU
Pada masa Orde Baru, pulau Kalimantan yang menjadi paru-paru ekosistem menderita pengurasan sumber daya besar-besaran. Namun hasil logging tidak kembali ke Pulau Kalimantan. Itulah mengapa kawasanex-HPH menjadi daerah yang terbelakang, miskin, kering dan mati.
Kawasan ex-HPH hanya menyisakan puing-puing barak logging, jalan logging dan menjadi area yang banyak ditumbuhi semak belukar tanpa penghuni. Dalam istilah ekonomi regional, penggambaran ini kerap disebut sebagai “Kota Hantu”. Demi menutup jejak pembalakan hutan tersebut, pemerintah Orde Baru mengalihfungsikan menjadi kawasan non-hutan. Pemerintah pada saat itu mengubah lahan non-hutan menjadi lahan terlantar dan sebagian untuk wilayah transmigrasi.
ERA REFORMASI
Setelah berganti Era Reformasi pada tahun 2000, beberapa pemimpin daerah mulai mengundang investor untuk memanfaatkan lahan ex-HPH. Gubernur dan Bupati secara proaktif mempromosikan lahan tersebut untuk sektor-sektor pembangunan, termasuk perkebunan.
Salah satu sektor yang berkembang cepat saat itu adalah perkebunan kelapa sawit. Harga minyak kelapa sawit mulai menguntungkan, tak heran jika banyak investor mulai melirik.
Seiring perkembangannya, tidak ada lagi masa logging dan kehilangan sumber daya. Pembangunan perkebunan kelapa sawit justru mendatangkan investor dan memasukkan kembali sumber daya ke Pulau Kalimantan.
Hal ini menjadi angin segar bagi perekonomian di Indonesia, terutama Pulau Kalimantan. Akibatkan secara revolusioner roda ekonomi Kalimantan kembali bergerak. Berkembangnya kebun-kebun sawit juga diikuti dengan perkembangan sektor ekonomi lainnya yang lebih luas dan cepat di Kalimantan.
Wujudnya, Pulau Kalimantan semakin berkembang pesat. Jika sebelumnya hanya berupa kampung sekarang berganti menjadi kota dan kabupaten. Barak-barak logging yang sebelumnya kumuh, menjadi sentra pertumbuhan ekonomi baru di pedalaman Kalimantan.
Sederhananya, perekonomian Pulau Kalimantan kembali hijau karena perkebunan kelapa sawit. Tidak hanya itu, lahan-lahan yang sebelumnya terlantar kini mulai hijau dengan kebun sawit.
Karbondioksida yang terlepas saat masa logging pun kembali terserap oleh kebun sawit dan kemudian diubah menjadi oksigen, minyak sawit atau biomassa. Paru-paru ekosistem yang telah hilang akibat logging kini berganti menjadi lebih baik karena kebun kelapa sawit.
Perkebunan kelapa sawit terus menghijaukan kembali perekonomian dan ekosistem di Kalimantan. Bahkan proses restorasi sosial, ekonomi, dan lingkungan masih berlangsung secara berkelanjutan ke depan.
Dengan begitu, pengembangan perkebunan kelapa sawit termasuk pioneer kegiatan ekonomi karena dapat menggerakkan daerah terlantar menjadi berkembang. Selain itu, pengembangan kelapa sawit oleh korporasi dan petani dapat mendorong tumbuhnya sektor jasa. Misalnya jasa transportasi, keuangan, supplier barang, perkantoran, perdagangan dan lainnya.
Aktivitas antara pelaku perkebunan kelapa sawit dengan jasa pendukung dapat membentuk kawasan agropolitan sehingga menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Imbasnya adalah peningkatan pendapatan petani atau pertumbuhan ekonomi daerah.
PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI RIAU
Riau merupakan provinsi yang berada di Pulau Sumatera. Perekonomian di Riau sudah sejak era kolonial mengandalkan non-renewable resources berbasis minyak bumi.
Pada tahun 1976, produksi minyak bumi di Riau mencapai angka tertinggi yaitu 1 juta barel per hari. Namun produksinya terus menurun setiap tahun, pada tahun 2000 saja, hanya menghasilkan 222 ribu barel per hari. Sedangkan di tahun 2019, hanya 76 ribu barrel per hari.
Dalam jangka waktu 20 tahun terakhir, penurunan ini juga terlihat pada pangsa struktur PDRB, jika sebelumnya 62 persen menjadi 14 persen. Begitu juga pada sektor ekspor dari 86 persen menjadi 4 persen.
Sebaliknya, di sisi lain Riau berhasil mengembangkan ekonomi berbasis sumberdaya alam yang dapat diperbarui yakni perkebunan sawit. Kelapa sawit menjadi komoditas primadona yang banyak diusahakan oleh beberapa masyarakat dan bersinergi dengan perkebunan sawit rakyat, swasta dan BUMN. Perkebunan sawit juga berperan menjadi penggerak ekonomi di Riau, baik mengurangi pengangguran, kemiskinan atau pertumbuhan ekonomi kabupaten.
Bahkan dari segi ekspor, kelapa sawit dapat menggantikan posisi migas dengan pangsa yang meningkat dari 0.34 persen menjadi 60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa industri sawit di Riau telah berkembang pesat dari non-renewable dan eksklusif menjadi renewable economy dan inklusif.
Menurut data Dinas Perkebunan Provinsi Riau, perkembangan luas lahan perkebunan sawit meningkat drastis pada tahun 2012. Semula hanya 966.786 ha pada tahun 2000 menjadi 2.258.553 ha tahun 2012. Selama periode tersebut, kenaikan rata-rata sebesar 8.08 persen per tahun.
Peran perkebunan sawit di Riau juga tidak hanya mentransformasi tetapi juga menciptakan nilai baru. Mengingat sawit berperan sebagai carbon sink dan carbon stock.
Jika pada era migas, Riau menjadi daerah penghasil emisi karbon terbesar kini sebaliknya. Riau justru menjadi kawasan yang menyerap emisi karbon dari atmosfer bumi. Melalui perkebunan kelapa sawit, udara pun dapat kembali bersih.