Rizka mengaku beruntung karena bapaknya sangat mudah untuk mengikuti panduan, di tengah kondisinya tidak bisa berdiri, sebagaimana jemaah normal. Namun hal ini tidak menyulitkannya dalam membantu ibadah bapaknya. “Saya sangat beruntung bisa berbakti dan menemani ayahnya beribadah di Makkah,” tutur Rizka.
Ali Musyafak, salah satu jemaah haji yang satu kloter dengan Ali Ihsan merasa heran. Menurutnya, orang yang memiliki penyakit struk emosinya biasanaya tidak stabil, mudah tersinggung. “Tetapi tidak demikian untuk Ali Iksan, ia selalu tersenyum dalam menghadapi setiap situasi, bahkan ia bisa memberi inspirasi pada jamaah lainnya,” kata Musyafak.
Untuk itu, lanjutnya, kesabaran Ali Ihsan layak untuk diteladani oleh semua jemaah, khususnya kloter 3 Embarkasi Solo (SOC 3). Sebab, sifat sabarnya dalam menghadapi proses ibadah haji yang butuh tenaga ekstra ini. “Setahu kami, pak Ihsan sudah mengikuti beberapa rangkaian ibadah haji, termasuk umrah wajib dan umrah sunnah,” tukasnya
“Semoga Pak Ihsan dapat mengikuti rangkaian ibadah berikutnya, terutama wukuf di Arafah, bermalam di Musdalifah, dan melontar jumrah. Semoga semangat ibadahnya yang tinggi bisa menjadi inspirasi kita semua,” pungkas Musyafak.
Sumbet: Kemenag